Di setiap sudut rumah dia berhenti, celingak celinguk kanan-kiri, sambil tangannya yang membawa lampu minyak digoyang-goyangkan. Setelah itu dia kembali berjalan dengan lampu tetap di tangan.
Tingkah Abu Nawas ini tentu saja menggegerkan penghuni Baghdad. Bagaimana mungkin orang secerdas Abu Nuwas berjalan di siang hari ketika sinar matahari menyorot tajam sambil membawa lampu?
“Abu Nawas mulai gila,” kata seorang warga Baghdad.
“Khalifah Harun Al-Rasyid pasti malu punya staf ahli gila,” celetuk yang lain.
Baca juga: Ketika Abu Nawas Membagi Manusia dalam 3 Tingkatan
Tapi Abu Nawas tak peduli. Esok harinya lagi-lagi pujangga Baghdad itu keluar rumah, kali ini bahkan lebih pagi, sambil tetap membawa lampu minyak. Dia tak bersuara dan terus bekerja: celingak-celinguk kanan kiri, sambil tangannya yang membawa lampu minyak digoyang-goyangkan.
Di hari kedua itu, beberapa orang masih menganggap Abu Nawas waras. Makanya mereka bertanya apa yang dicari Abu Nawas di siang hari dengan lampu di tangan. Abu Nawas menjawab singkat:
“Saya sedang mencari neraka.”
Ah, Abu Nawas mulai gila, pikir mereka.
Maka, ketika di hari ketiga Abu Nawas tetap melakukan hal yang sama: celingak-celinguk kanan-kiri di rumah orang, sambil tangannya yang membawa lampu minyak digoyang-goyangkan, orang-orang mulai tak sabar.