Dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, karya Ibnu Qudamah Almaqdisi disebutkan setidaknya ada empat langkah untuk menemukan aib sendiri ini. Antara lain sebagai berikut:
Baca juga: Curhat Tanpa Ghibah, Bisakah?
1. Duduklah di hadapan seorang syaikh atau ulama yang tajam mata batinnya dalam melihat aib jiwa dan bisa melihat cela yang tidak terlihat.
Syaikh tersebut akan memberitahukan aibnya dan cara menyembuhkannya. Syaikh seperti ini jarang ditemukan di zaman sekarang . Orang yang menemukan syaikh atau ulama seperti tipe di atas, maka dia sejatinya telah menemukan seorang dokter yang handal sehingga ia tidak meninggalkan syaikh tersebut.
Baca juga: Faedah Membaca Surat Al Kahfi akan Diterangi Cahaya pada Dua Jumat, Apa Maksudnya?
2. Mencari teman yang jujur.
Teman yang jujur, akan peka mata batinnya dan tentu saja taat menjalankan syariat-syariat-Nya. Dia bisa menjadikan temannya itu sebagai pengawas atas dirinya untuk mengamati berbagai keadaan dan perbuatannya. Mengingatkannya terhadap akhlak dan perbuatan yang tidak disenangi.
Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu pernah berkata, “Semoga Allah merahmati orang-orang yang menunjukkan kepada kami aib-aib kami.”
Baca juga: Cara Mengenal Allah Ta’ala agar Taubat Diterima
Ketika Salman radhiyallahu’anhu datang, Umar bertanya kepadanya mengenai aib-aibnya. Lalu Salman berkata, “Aku mendengar bahwa engkau memakan dua lauk sekaligus, dan bahwa engkau memiliki dua pakaian indah, yaitu satu pakaian indah untuk siang hari dan satu pakaian indah untuk malam hari.”
Umar bertanya, “Apakah ada berita lain yang tidak kau dengar? Iya menjawab tidak. Lalu Umar bertanya lagi, “Kalau yang ini sudah diwakili oleh orang lain.”
Umar juga bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu’anhu. “Apakah aku termasuk orang-orang munafik?” Umar radhiyallahu’anhu bertanya demikian karena barangsiapa yang tingkat kesadarannya telah tinggi, maka ia semakin curiga terhadap diri sendiri.
Baca juga: 9 Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia versi THE Asia University Rankings 2021
Hanya saja, teman seperti ini sulit ditemukan karena sedikit sekali teman yang tidak menjilat sehingga ia mau memberitahukan aib, atau yang tidak dengki, sehingga ia tidak memberitahukan melebihi yang wajib. Dahulu, generasi salaf sangat senang terhadap orang yang mengingatkan aib mereka. Namun sekarang, orang yang paling sering dibenci adalah orang yang memberitahukan aib kita.
Hal di atas (benci kepada orang yang mengingatkan aib kita), merupakan bukti lemahnya iman kita, karena akhlak yang buruk itu seperti kalajengking. Seandainya ada orang yang mengingatkan kita akan adanya kalajengking di balik pakaian salah seorang di antara kita, maka kita akan memberinya penghargaan dan sibuk membunuh kalajengking itu. Padahal akhlak yang buruk itu lebih besar bahasanya daripada kalajengking.
Baca juga: Pertama di Dunia, UMKM Bandung Ini Klaim Bisa Bikin Celana Denim Cuma 30 Menit!
3. Mencari informasi tentang aib diri sendiri dari ucapan musuh
Karena pandangan kebencian itu akan mengungkapkan berbagai keburukan. Manfaat yang dipetik seseorang dari musuh sengit yang menyebutkan aib-aibnya itu lebih besar daripada manfaat yang dipetik dari seorang teman penjilat yang menutupi aib-aibnya.