Mengapa Ada Kecaman Terhadap Ahlul Kitab, Terutama Yahudi? – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Mengapa Ada Kecaman Terhadap Ahlul Kitab, Terutama Yahudi?

Published

on

Mengapa Ada Kecaman Terhadap Ahlul Kitab, Terutama Yahudi?



loading…

Kebanyakan kecaman terhadap Ahl Al-Kitab ditujukan kepada orang Yahudi , bukan kepada orang Nasrani . Ini disebabkan karena sejak semula ada perbedaan sikap di antara kedua kelompok Ahl Al-Kitab itu terhadap kaum Muslim.

Baca juga: Ahlul Kitab Pada Masa Turunnya Al-Qur’an, Basis Yahudi di Madinah

Prof Dr Quraish Shihab menjelaskan ketika Romawi yang beragama Kristen mengalami kekalahan dari Persia yang menyembah api (614 M), kaum Muslim merasa sedih, dan Al-Qur’an turun menghibur mereka dengan menyatakan bahwa dalam jangka waktu tidak lebih dari sembilan tahun, Romawi akan menang, dan ketika itu kaum Mukmin akan bergembira:

“Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang) dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang” ( QS Al-Rum [30]: 1-5 ).

Sikap penguasa Masehi pun cukup baik terhadap kaum Muslim. Ini antara lain terlihat dalam sambutan dan perlindungan yang diberikan oleh penguasa Ethiopia yang beragama Nasrani kepada kaum Muslim yang berhijrah ke sana, sehingga wajar jika secara tegas Al-Qur’an menyatakan:

“Sesungguhnya kamu pasti akan menemukan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik, dan sesungguhnya pasti kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman adalah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani” ( QS Al-Ma-idah [5]: 82 ).

Baca juga: Bagaimana Seharusnya Sikap Terhadap Ahlul Kitab? Begini Pendapat Quraish Shihab

Sebab pokok perbedaan sikap tersebut adalah kedengkian orang Yahudi terhadap kehadiran seorang Nabi yang tidak berasal dari golongan mereka ( QS Al-Baqarah [2]: 109 ).

Kehadiran Nabi kemudian mengakibatkan pengaruh orang Yahudi di kalangan masyarakat Madinah menciut, dan bahkan menghilangkan pengaruh politik dan kepentingan ekonomi mereka.

Di sisi lain, seperti pernyataan Al-Qur’an di atas, sebab kedekatan sebagian orang Nasrani kepada kaum Muslim adalah:

“Karena di antara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, dan juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri” ( QS Al-Ma-idah [5]: 82 )

Para pendeta ketika itu relatif berhasil menanamkan ajaran moral yang bersumber dari ajaran Isa AS, sedang para rahib yang mencerminkan sikap zuhud (menjauhkan diri dari kenikmatan duniawi dengan berkonsentrasi pada ibadah), berhasil pula memberi contoh kepada lingkungannya.

Keberhasilan itu didukung pula oleh tidak adanya kekuatan sosial politik dari kalangan mereka di Makkah dan Madinah, sehingga tidak ada faktor yang mengundang gesekan dan benturan antara kaum Muslim dengan mereka.

Ini bertolak belakang dengan kehadiran orang Yahudi, apalagi pendeta-pendeta mereka dikenal luas menerima sogok, memakan riba, dan masyarakatnya pun amat materialistis-individualistis.

Menurut Quraish Shihab, dari sini dapat disimpulkan bahwa penyebab utama lahirnya benturan, bukannya ajaran agama, tetapi ambisi pribadi atau golongan, kepentingan ekonomi, dan politik, walaupun harus diakui bahwa kepentingan tersebut dapat dikemas dengan kemasan agama, apalagi bila ajarannya disalahpahami.

Baca juga: Apakah Ahlul Kitab Semua Sama? Ini Penjelasan Quraish Shihab

Ayat-ayat yang melarang kaum Muslim mengangkat awliya’ (pemimpin-pemimpin yang menangani persoalan umat Islam) dari golongan Yahudi dan Nasrani serta selain mereka, harus dipahami dalam konteks tersebut, seperti firman Allah dalam surat Ali-‘Imran [3]: 118:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”

Ibnu Jarir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan sikap orang Yahudi Bani Quraizhah yang mengkhianati perjanjian mereka dengan Nabi SAW, sehingga seperti ditulis Rasyid Ridha dalam tafsirnya: “Larangan ini baru berlaku apabila mereka memerangi atau bermaksud jahat terhadap kaum Muslim.”



Berita Selengkapnya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved