Baca juga: Inilah Mengapa Muhammadiyah Anggap Sangat Penting Penentuan Waktu Fajar
Mengenai waktu-waktu salat itu sudah cukup dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an maupun dalam hadis-hadis Rasulullah SAW . Meskipun dalam al-Qur’an masih bersifat global tidak rinci kemudian dalam hadis-hadis nabi yang ada beberapa hadis yang menguraikan waktu salat fardu secara lebih rinci.
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah , Dr Oman Fathurohman , menjelaskan jika mengacu pada ayat-ayat al-Qur’an dan hadis maka kita mengetahui bahwa misalnya awal waktu zuhur itu ketika tergelincir matahari, atau matahari condong ke arah barat. Kemudian untuk asar itu ada dua pernyataan dalam hadis, paling tidak dalam hadis jabir, yang pertama disebut ketika bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang bendanya lalu pernyataan yang kedua ketika bayang-bayang sesuatu sudah dua kali panjang bendanya.
“Lalu yang berkaitan dengan salat magrib juga sudah dijelaskan dalam hadis yaitu ketika terbenam matahari dan untuk waktu isya’ disebutkan di situ ketika mega merah menghilang. Yang terakhir waktu subuh ketika terbit fajar. Jadi waktu-waktu salat fardu itu sudah cukup jelas diterangkan dalam Al-Qur’an dan Hadis,” terangnya, pada Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat malam (12/3).
Baca juga: Berdoa Setelah Sholat Fardhu dan Bantahan Bagi yang Mengingkarinya
Pelengkap
Oman Fathurohman melanjutkan, dari keterangan al-Qur’an dan hadis bisa kita ambil semacam kesimpulan bahwa waktu zuhur ketika matahari tergelincir itu artinya ketika matahari berpindah dari bagian bumi timur ke bagian bumi atau belahan bumi barat.
Nah kemudian menjadi pertanyaan ini ada bagian timur dan barat lalu mesti ada batasnya mana bagian timur mana bagian barat dan mana batasnya.
“Kalau kita bicara soal itu maka kembalinya itu ke ilmu pengetahuan yaitu ilmu falak,” jelasnya.