“Disebabkan oleh tiga hal,” jawab Khalid bin Muhammad dengan terus terang. “Ia sanggup menahan sabar bila sedang marah. Jika berbicara ia selalu berkata benar. Dan jika menetapkan hukum ia selalu adil.” Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Hajar dalam bukunya Ash Shawa’iqul Muhriqah.
Baca juga: Gara-gara Madu, Ali bin Abu Thalib Nyaris Menghajar Husein
Al Haitsamiy dalam bukunya Majma, jilid IX, halaman 158 menyajikan sebuah riwayat yang berasal dari Rab’iy bin Hurasy sebagai berikut:
Pada suatu hari Muawiyah dikerumuni oleh pemuka-pemuka Quraiys, termasuk Sa’id bin Al Ash, yang waktu itu duduk di sebelah kanannya. Tak lama kemudian datanglah ibnu Abbas . Ketika melihat Ibnu Abbas masuk, Muawiyah berkata kepada Sa’id: “Demi Allah, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Ibnu Abbas yang kira-kira ia tidak akan mampu menjawabnya.”
Menanggapi keinginan Muawiyah itu, Sa’id mengingatkan: “Hai Muawiyah, orang seperti Ibnu Abbas tak mungkin tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanmu.”
Baca juga: Kisah Dusta? Ali bin Abu Thalib Duel dengan Jin di Sebuah Sumur
Setelah Ibnu Abbas duduk, Muawiyah bertanya: “Apakah kiranya yang dapat kaukatakan tentang Ali bin Abi Thalib?”
Dengan serta merta Ibnu Abbas menjawab: “Abul Hasan rahimahullah adalah panji hidayat; sumber takwa; tempat kecerdasan berpikir; puncak ketinggian akal; cahaya keutamaan manusiawi di tengah kegelapan; orang yang mengajak manusia ke jalan lurus; mengetahui isi Kitab-kitab suci terdahulu; sanggup menafsirkan dan mentakwilkan dengan berpegang teguh pada hidayat; menjauhkan diri dari perbuatan zalim yang menyakiti hati orang; menghindari jalan yang sesat; seorang mukmin dan bertakwa yang terbaik; orang yang paling sempurna menunaikan ibadah haji dan ibadah-ibadah lainnya; orang yang paling mempunyai tenggangrasa serta memperlakukan semua orang secara adil dan sama, orang yang paling pandai berkhutbah di dunia ini…”
Dan seterusnya sampai kepada kata-kata: “…seorang suami dari wanita yang paling mulia, dan seorang ayah dari dua cucu Rasulullah SAW .”
Seterusnya Ibnu Abbas mengatakan: “Mataku belum pernah melihat ada orang seperti dia dan tidak akan pernah melihatnya sampai hari kiamat. Barang siapa mengutuk dia, orang itu akan dikutuk selama-lamanya oleh Allah dan oleh seluruh ummat manusia sampai hari kiamat.”
Mendengar keterangan itu, tentu saja Muawiyah menjadi beringas, tetapi ia dapat menguasai diri di depan seorang ilmuwan seperti Ibnu Abbas.
Baca juga: Akhir Indah Kisah Sengketa Baju Perang Antara Ali bin Abu Thalib dengan Seorang Nasrani
(mhy)