Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW pada saat beliau mengasingkan diri di Gua Hira adalah surat al-Ala ayat 1-5.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘ Aisyah , dia mengatakan di gua itu beliau didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata: “Bacalah!” Rasulullah SAW menjawab, “Aku tidak dapat membaca.’” Lalu Jibril memegang beliau seraya mendekapnya sampai Rasulullah merasa kepayahan. Selanjutnya Jibril mendekap Rasulullah untuk kedua kalinya sampai beliau benar-benar kepayahan. “Bacalah,” ujar malaikat Jibril lagi seraya melepas pelukannya. “Aku tidak bisa membaca,” lagi-lagi Rasulullah menjawab begitu.
Lalu Jibril mendekap untuk ketiga kalinya sampai Rasulullah benar-benar kepayahan. Setelah itu Jibril melepaskan beliau seraya berkata: “iqro bismirabbikalladzi kholaq,…dst (ayat 1-5).
Baca juga: Surat Al Alaq: Ayat Al-Qur’an yang Pertama Kali Turun
Aisyah berkata, maka beliaupun pulang dengan sekujur tubuh dalam keadaan menggigil sehingga akhirnya masuk menemui Khadijah dan berkata: “Selimuti aku. Selimuti aku.”
Khadijah pun segera menyelimuti beliau sampai rasa takut beliau hilang. Selanjutnya beliau bersabda, “Apa yang terjadi padaku?’ Lalu beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya seraya bersabda, “Aku khawatir sesuatu akan menimpa diriku”. Maka Khadijah pun berkata kepada beliau, “Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling suka menyambung tali silaturahim, berkata jujur, menanggung beban, menghormati tamu, dan membantu menegakkan pilar-pilar kebenaran”.
Kemudian Khadijah mengajak beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya. Dia seorang penganut Nasrani pada zaman jahiliyah. Dia yang menulis sebuah kitab berbahasa Arab dan juga menulis Injil dengan bahasa Arab atas kehendak Allah. Dia sudah berumur lagi buta.
Lalu Khadijah berkata, “Wahai anak paman, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini”.
Kemudian Waraqah berkata: “Wahai anak saudaraku, apa yang telah terjadi dengan dirimu?”
Kemudian Rasulullah menceritakan apa yang beliau alami kepadanya. Lalu Waraqah berkata: “Ini adalah Namus [malaikat Jibril] yang diturunkan kepada Musa. Andai saja saat itu aku masih muda. Andai saja nanti aku masih hidup saat engkau diusir oleh kaummu.”
Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?”
Waraqah menjawab, “Ya. Tidak akan ada seorangpun yang datang dengan membawa apa yang engkau bawa melainkan akan disakiti. Dan jika aku masih hidup pada masamu, niscaya aku akan mendukungmu dengan pertolongan yang sangat besar.”
Baca juga: Al-Qur’an: Ayat Pertama Turun Al-Alaq, yang Terakhir Ada 9 Pendapat
Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan wahyu terhenti, sehingga Rasulullah SAW benar-benar bersedih hati. Berdasarkan berita yang sampai kepada kami, kesedihan beliau itu berlangsung terus-menerus, agar beliau turun dari puncak gunung.
Setiap kali beliau sampai di puncak gunung dengan tujuan menjatuhkan diri, maka Jibril muncul seraya berkata: “Wahai Muhammad sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah.”
Dengan demikian, maka hati beliau pun menjadi tenang dan jiwanya menjadi stabil dan setelah itu beliau kembali pulang. Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu terlalu lama, maka beliau akan melakukan hal yang sama. Di mana jika beliau sampai di puncak gunung, maka malaikat Jibril tampak olehnya dan mengucapkan hal yang sama kepada beliau.
Tafsir Surat Al-Alaq
Surat pertama yang turun ini memiliki penamaan surat al-Alaq, surat iqro, surat bil-qolam karena Allah SWT mengawali surat ini dengan kata-kata tersebut. Sedangkan al-Alaq artinya yaitu darah yang menggumal dengan bentuk seperti ulat kecil.
اقرأ باسم ربك الذي خلق . خلق الانسان من علق
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” ( QS Al-‘Alaq ; 1-2)
Kata Iqra’ dalam kamus memiliki beragam macam makna; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, dan beberapa makna lainnya. Kata ini kemudian diikuti dengan bismi rabbika.