BagyaNews.com – Mengapa Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad menganjurkan fokus ibadah saat Ramadhan? Menurut beliau, alasan kenapa kita dianjurkan fokus beribadah saat bulan Ramadhan adalah
Bulan Ramadhan menjadi bulan penuh kemuliaan. Ada banyak kebaikan dan keberkahan padanya. Orang yang beramal akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Karena itu, ada sebagian ulama yang menganjurkan agar kita lebih banyak beribadah dibanding aktifitas yang tidak bernilai ibadah.
Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam kitab Nasha’ih Diniyyah wa al-Washaya al-Imaniyyah mengatatakan,
ومن ادابه أن لا يكثر التشاغل بامور الدنيا في شهر رمضان بل يتفرغ عنها لعبادة الله وذكره ما أمكنه
Di antara adab orang yang berpuasa adalah tidak memperbanyak menyibukkan diri dengan urusan duniawi pada bulan Ramadhan. Bahkan, henkdanya ia mengosongkan waktu dari kegiatan duniawi untuk fokus beribadah kepada Allah dan berzikir kepadanya semampu dia. (hlm. 38)
Mengapa Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad menganjurkan fokus ibadah saat Ramadhan? Menurut beliau, alasan kenapa kita dianjurkan fokus beribadah saat bulan Ramadhan adalah karena bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lain itu seperti hari Jumat dibanding hari-hari lain. Seyogyanya, seorang mukmin memanfaatkan hari jumatnya dan bulan sucinya untuk keperluan akhiratnya.
Pendapat Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad di atas memang cukup masuk akal. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Ada banyak kebaikan di dalamnya. Sangat disayangkan jika momentum Ramadhan ini disia-siakan begitu saja. Jika kita bisa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah secara maksimal pada bulan Ramadhan, mengapa tidak kita lakukan. Tentu akan sangat rugi bagi kita.
Anjuran fokus ibadah saat bulan Ramadhan tentu tidak berlaku secara mutlak. Hanya orang-orang yang sudah punya kecukupan yang dianjurkan demikian. Mereka yang sudah cukup terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain mereka, sejatinya ada cukup banyak orang yang tidak bisa meninggalkan urusan duniawinya. Ada begitu banyak Muslim yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya hari per hari. Terlebih bagi yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Ada banyak orang yang harus dihidupi. Kebutuhan primer harus dipenuhi sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban. Jika memang demikian kondisinya, orang tersebut tidak dianjurkan. Ia termasuk orang yang dikecualikan dari anjuran fokus ibadah saat bulan Ramadhan.
Imam Abdullah al-Haddad mengatakan:
ولا يدخل في اشغال الدنيا إلا إن كان ضروريا في حقه أو حق من يلزمه القيام به من العيال ونحوهم
Dan seorang yang berpuasa dianjurkan tidak masuk dalam kesibukan duniawi kecuali kesibukan duniawi itu bersifat dharuri (kewajiban dasar) bagi seseorang atau bagi orang yang wajib diurusinya, seperti keluarga dan lainnya (hlm. 38).
Sampai di sini, kita memahami bahwa anjuran ini tidak berlaku secara mutlak. Ketika seseorang dalam keadaan mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk mencari nafkah, baik mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau kebutuhan keluarga inti, maka anjuran ini tidak berlaku. Seseorang harus melaksanakan kewajibannya mengurus kesibukan duniawi.
Di sisi lain, sejatinya jika kita pahami lebih lanjut, mengurus kesibukan duniawi untuk memenuhi kewajiban terhadap diri sendiri dan keluarga adalah bentuk ibadah. Yaitu melaksanakan perintah Allah SWT untuk mencari nafkah. Jika ini diniati dengan benar, niscaya kesibukan duniawi akan bernilai ibadah kepada Allah SWT.
Semoga ulasan singkat ini bermanfaat bagi kita semua.