JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Luhut Binsar Pandjaitan menyerahkan
kiswah hadiah dari Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman (MBS), ke
Masjid Istiqlal . Kain penutup Ka’bah itu diterima langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar.Penyerahan kiswah istimewa tersebut dilakukan saat Luhut berkunjung ke Masjid Istiqlal memenuhi undangan Prof Nasaruddin Umar, Senin (4/4/2022). Hadiah kiswah diterima Luhut ketika melakukan lawatan ke Arab Saudi beberapa waktu lalu.
“Saya merasa tidak pantas menerima hadiah ini karena saya pikir kiswah yang merupakan kain penutup Ka’bah ini adalah milik saudara-saudara muslim saya di Indonesia,” kata Luhut dikutip dari keterangan tertulis, Senin (4/4/2022).
Dalam pertemuan itu, Luhut menceritakan tentang sambutan Pangeran Mohammed Bin Salman terhadap dirinya yang begitu akrab. Menurut Luhut, keakraban dan sambutan ramah MBS kepada dirinya karena rasa hormatnya kepada Presiden Joko Widodo.
Kepada Pangeran MBS, Luhut mengaku meminta izin untuk membangun Rumah Indonesia di Mekkah. Sebenarnya pembangunan rumah tersebut harus mengubah undang-undang di Kerajaan Saudi, tapi karena Pangeran MBS berkeinginan memiliki hubungan baik, maka Indonesia mendapatkan pengecualian.
“Saya katakan kepada Prof Nasar bahwa jika ada umur saya bisa bertemu lagi dengan Pangeran Mohammad Bin Salman, saya akan meminta kiswah yang lebih besar agar bisa dipajang di Masjid Istiqlal,” katanya.
Dalam pertemuan itu, Luhut dan Prof Nasaruddin Umar juga berdiskusi tentang beberapa hal, salah satunya terkait renovasi Masjid Istiqlal setelah menunggu 42 tahun. Renovasi ini dinilai istimewa karena berhasil membangun terowongan yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta.
Baca juga: Orang Pertama yang Menutup Ka’bah dengan Kain Kiswah
“Terowongan ini bukan hanya sebagai simbol persatuan antarumat beragama, tetapi juga sebagai fasilitator ibadah bagi umat Islam dan umat Kristen,” kata Luhut.
Prof Nasarudin Umar menyampaikan bahwa Masjid Istiqlal terus berbenah agar bisa berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan umat, bangsa, dan negara dengan memfasilitasi calon-calon cendekiawan muslim Indonesia agar bisa menjadi ulama terkemuka di masa depan.
Selain bekerja sama dengan Universitas Al Azhar Kairo, Istiqlal juga bekerja sama dengan Harvard University di Amerika Serikat lewat program khususnya yaitu kajian perempuan. Ini adalah kerja sama yang pertama kali di dunia. Sesuai visi dan misinya, Prof Nasar ingin menjadikan Masjid Istiqlal bukan hanya milik umat islam saja, tetapi juga untuk umat agama lain yang punya keinginan mendiskusikan persoalan-persoalaan kebangsaan di negara yang bhinneka ini.
“Dengan adanya program pendidikan ini diharapkan lahir para ulama yang punya pandangan keilmuan yang luas tetapi tetap berwawasan Nusantara,” kata Prof Nasar.
(abd)