Makar dalam bahasa Arab diambil dari kata
makara–yamkuru–makran yang berarti tipu daya atau khid’ah. Menurut Rohi al-Ba’albaki dalam kamus Al-Mawrid kata makrun diartikan dengan
Sly, Cunning, Wily, Crafty, Vulpine. Jika dibaca makara, maka berarti
try to deceive.M Fuad ‘Abd al-Baqi dalam bukunya berjudul “
al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an al-Karim” menyebutkan makar dengan segala kata turunannya terdapat dalam Al-Qur’an dengan jumlah 41 kata. Kata ini salah satunya terdapat pada surah Ali ‘Imran ayat 54 berikut:
وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ࣖ
Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. ( QS Ali ‘Imran (3) : 54).
Baca juga: Kisah Nabi Ibrahim Mengajarkan Agama Tauhid
Apabila meninjau hubungan antara surat Ali ‘Imran ayat 54 di atas dengan ayat-ayat sebelumnya terkait dengan kisah Nabi Isa as yang ketika itu dimusuhi oleh kaumnya serta menjadi buronan pemerintahan imperial Romawi atas Nazareth.
Bukan hanya oleh pihak eksternal yang memusuhi Nabi Isa as, bahkan dari kalangan al-Hawariyyun atau pengikut putra Maryam ini terdapat musuh dalam selimut. Sehingga ketika Nabi Isa direncanakan untuk ditangkap dan dibunuh. Allah SWT pun membongkar konspirasi yang dilakukan oleh para musuh-Nya.
Menurut Ibnu Katsir , al-Hawariyyun, menurut suatu pendapat mereka adalah orang-orang yang bertubuh pendek. Menurut pendapat yang lainnya, mereka dinamakan hawariyyin karena pakaian yang selalu mereka kenakan berwarna putih. Menurut’ pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah para pemburu.
Ibnu Katsir berpendapat yang sahih arti hawari ialah penolong. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain.
Abu Ja’far al-Tabari dalam bukunya berjudul “Jami’’al-Bayan’an Ta’wil Ay al-Qur’an” mengisahkan ketika akan ditangkap oleh pasukan Romawi dengan bantuan seorang pengkhianat, Allah SWT menyerupakan wajah pengkhianat tersebut dengan Nabi Isa hingga akhirnya pengkhianat tersebutlah yang ditangkap dan disalib.