Ibnu Katsir, Ulama Ahli Tafsir yang Tunanetra di Masa Tuanya – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Ibnu Katsir, Ulama Ahli Tafsir yang Tunanetra di Masa Tuanya

Published

on

Ibnu Katsir, Ulama Ahli Tafsir yang Tunanetra di Masa Tuanya

[ad_1]


loading…

Ibnu Katsir memiliki nama lengkap Imaduddin Abul Fida’ Ismail ibn ‘Amr ibn Katsir ibn Dhoui ibn Katsir ibn Zara’ al-Bashri al-Dimasyqi. Sebagai seorang yang faqih dan merupakan ulama ternama di kalangan mazhab Syafi’i , Ibnu Katsir juga digelari dengan sebutan al-Imam al-Jalil al-Hafidz.Ibnu Katsirlahir pada tahun 700 H di Bushra, Suriah. Ia sering disebut dengan al-Busrawi, gelar yang dilekatkan pada tanah kelahirannya: Busra atau Basrah. Selain itu, ia juga diberi gelar al-Dimasyqi karena Kota Basrah yang terletak di kawasan Damaskus.

Ayah Ibnu Katsir berasal dari Bushra, sementara ibunya berasal dari Mijdal. Ayahnya, Syihabuddin Abu Hafsh Umar ibn Katsir adalah ulama yang faqih dan berpengaruh di daerahnya. Ia juga terkenal sebagai ahli ceramah.

Baca juga: Ibnu Katsir: Karyanya Berkuaitas Tinggi, Tak Lekang oleh Sejarah

Ibnu Katsir dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama dan menjunjung nilai-nilai keilmuan, menjadi modal Ibnu Katsir dalam menekuni banyak ilmu pengetahuan hingga menjadi sosok ulama yang diperhitungkan. Hanya saja, di saat usianya baru menginjak 3 tahun ia telah ditinggalkan oleh ayahnya.

Selanjutnya, di usianya yang ke-7 ia bersama saudaranya Kamaluddin merantau ke Damaskus dan mempelajari khazanah keilmuan Islam di sana. Di usianya yang ke-11 tahun, beliau telah berhasil menghafalkan al-Qur’an lengkap 30 Juz serta telah mempelajari qira’at beserta tafsirnya.

Di antara guru-gurunya yang berhasil membawanya menjadi pemuda yang gemilang dan penuh ilmu ialah Burhanuddin al-Fazari, Ishaq al-Amidi, Ibn ‘Asakir, Ibn Taimiyah dan al-Mizzi—seorang ahli Hadis yang menjadi pemandunya saat mengkhatamkan Tahzib al-Kamal. Al-Mizzi tidak hanya menjadi guru namun juga menjadi mertuanya setelah menikahkan Imaduddin muda dengan putrinya.

Di antara guru yang paling mempengaruhi pemikirannya ialah Ibn Taimiyah. Ibn Qadhi Syuhbah dalam Thabaqat-nya mengatakan bahwa antara Ibn Katsir dan Ibn Taimiyah terjalin sebuah ikatan khusus yang pada akhirnya mempengaruhi sebagian besar pemikiran Ibn Katsir. Maka tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim karya Ibnu Katsir merupakan wujud aplikatif dari kaidah tafsir yang ditulis oleh Ibn Taimiyah, Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir.

Baca juga: Ibnu Katsir: Nuh Adalah Rasul Pertama Bagi Penduduk Bumi

Sebagai seorang ulama yang dinilai memiliki derajat keilmuan yang tinggi, Ibn Katsir memiliki warisan keilmuan yang termaktub dalam karya-karyanya. Adapun di antara karya-karya peninggalannya ialah magnum opusnya Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, kemudian al-Ahkam dalam bidang fiqh namun sayangnya belum terselesaikan secara lengkap, lalu al-Bidayah wa al-Nihayah dalam bidang tarikh/sejarah dan al-Mukhtashar serta Syarh Shahih al-Bukhari dalam bidang Hadits.

[ad_2]

Sumber Berita kalam.sindonews.com

#Ibnu #Katsir #Ulama #Ahli #Tafsir #yang #Tunanetra #Masa #Tuanya

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved