Tatkala dakwah Rasulullah SAW kian moncer dan tak terbendung lagi, Al-Walid bin Al-Mughirah tak putus asa. Dia terus menempuh berbagai cara lain untuk menghentikan dakwah tersebut. Salah satu jalan yang sempat ia tempuh adalah membarter putranya sendiri.
Baca juga: Kisah Walid bin Mughirah Protes Mengapa Bukan Dirinya yang Jadi Nabi
Al-Walid memerintahkan orang-orang Quraisy untuk membawa putranya yang masih remaja untuk diserahkan kepada Abu Thalib , paman Rasulullah SAW, dan menyampaikan sebuah pesan.
“Wahai Abu Thalib, inilah Umarah ibn Al-Walid, pemuda paling tampan dan paling perkasa di suku Quraisy. Ambillah dia sebagai anakmu! Kecerdasan dan kekuatannya tentu sangat berguna bagimu. Sebagai gantinya, serahkan kepada kami keponakanmu, Muhammad, yang telah menghina agama nenek moyang kita ini, yang telah memecah belah kaum kita, dan menghina nenek moyang kita sebagai orang yang bodoh.”
“Biarkan kami membunuhnya. Tentu pertukaran ini seimbang. Satu lelaki ditukar satu lelaki,” ujar orang-orang Quraisy menyampaikan pesan Al-Walid.
Membaca pesan tersebut, Abu Thalib menjawab dengan tegas, “Demi Tuhan, alangkah buruk permintaan kalian! Bagaimana mungkin kalian berikan putra kalian kepadaku untuk kuberi makan, sedangkan kalian meminta anakku untuk kalian bunuh?”
“Tidak, demi Tuhan, hal ini tidak akan terjadi selamanya. Tidakkah kalian tahu bahwa unta saja jika kehilangan anaknya, ia tak ingin mengasuh anak unta lain?”
Mendengar respons Abu Thalib, Muth’im ibn Uday berkata, “Wahai Abu Thalib, kaummu benar. Sebaiknya engkau terima permintaan mereka.”
“Tidak!” sergah Abu Thalib. “Mereka tidak benar. Engkau pun ingin bersekongkol dengan mereka untuk melecehkanku. Lakukanlah apa pun sesuka hati kalian!” ujar Abu Thalib.
Demikianlah hingga akhir hayatnya, pintu hati Al-Walid tak pernah terbuka untuk menerima hidayah. Sebaliknya, dia selalu berusaha menghalangi dakwah Rasulullah SAW dengan segala kemampuan yang dia miliki hingga hari tuanya. Meski demikian, segala usahanya sia-sia. Tak ada yang mampu memadamkan cahaya Allah SWT meskipun segala daya dikerahkan oleh musuh-musuh-Nya.