Pada saat manusia digiring dari mahsyar (tempat berkumpul) menuju surga atau neraka akan melalui sebuah jembatan bernama shirath. Para ulama menyebutkan bahwa shirath tersebut lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin dan menggelincirkan.
Baca juga: Perkara Gaib Qonthoroh, Jembatan antara Surga dan Neraka
Beberapa ayat dalam Al-Qur’an menginformasikan tentang shirath.
مِن دُونِ ٱللَّهِ فَٱهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْجَحِيمِ
Antarlah mereka (hai malaikat) menuju Shirath Al-Jahim. ( QS Al-Shaffat [37]: 23).
Dalam konteks pembicaraan tentang hari akhirat, Allah berfirman:
وَلَوْ نَشَآءُ لَطَمَسْنَا عَلَىٰٓ أَعْيُنِهِمْ فَٱسْتَبَقُوا۟ ٱلصِّرَٰطَ فَأَنَّىٰ يُبْصِرُونَ
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat(nya)? ( QS Yasin [36]: 66)
Di sisi lain Allah menegaskan pula bahwa:
وَاِنۡ مِّنْکُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ؕ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتۡمًا مَّقۡضِيًّا ثُمَّ نُـنَجِّى الَّذِيۡنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيۡنَ فِيۡهَا جِثِيًّا