Keutamaan Mendengar Langsung dari Guru dalam Belajar Agama – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Keutamaan Mendengar Langsung dari Guru dalam Belajar Agama

Published

on

Keutamaan Mendengar Langsung dari Guru dalam Belajar Agama


BagyaNews.comMeriwayatkan melalui jalur ijazah ‘ammah tidak salah, dan ini biasa terjadi dan dilegalkan oleh ilmu riwayat. Namun mengedepankan sanad sama’i tetap lebih penting, karena ini akan memberikan info kitab apa saja yang beliau baca dengan guru tertentu.

Belakangan ini, Syekh Al-Lughawi ‘Ali Shalih Al-Azhari diundang untuk membaca dan memberikan ijazah beberapa kitab. Kitab yang sudah dibaca kemarin adalah kitab Al-Arbain Al-Nawawiyyah. Majlis selanjutnya, menurut edaran yang beredar akan dibaca kitab Ayyuhal Walad karya Al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali.

Namun, sangat disayangkan. Panitia yang mengurus majlis terlihat kurang faham dalam menuliskan sanad Syekh ‘Ali Shalih Al-Azhari.

Ijazahan sanad itu tidak hanya sebatas mencari berkah. Majlis riwayat, menulis sanad, ataupun memberikan ijazah sanad, semuanya memiliki kaidah, dan ilmunya tersendiri. Jika anda ingin melihat bagaimana besarnya perhatian ulama terhadap ilmu riwayat ini, lihat dan baca buku-buku atsbat; buku yang menghimpun sanad dan nama-nama guru ulama tertentu. Bagaimana mereka meriwayatkan kitab tertentu, menyebutkan seberapa banyak yang dibaca, seberapa banyak yang terlewat, bahkan guru kami Syekh Usamah Mansi, dalam tsabatnya saat meriwayatkan sunan abi daud beliau menuliskan ada 3 hadits yang belum didengar dari gurunya. Lihat bagaimana detailnya para ulama dalam urusan ilmu riwayat.

Kembali ke penulisan sanad Syekh ‘Ali Shalih. Sanad beliau memang belum pernah dihimpun dalam satu buku hingga saat ini. Namun, beliau diberikan kelebihan oleh Allah untuk mengingat nama guru dan kitab apa saja yang dibaca dengan gurunya. Ingatan beliau sangat kuat.

Untuk sanad kitab Arbain Nawawi, beliau membacanya hingga khatam bersama Syekh Al-Muhaddits Muhammad Al-Hafidz Al-Tijani (w. 1398 H), namun panitia yang menuliskan sanad justru mengambil jalur Syekh Muhammad Hasanain Makhluf. Memang iya, Syekh Ali Shalih memperoleh ijazah ‘ammah (dalam artian boleh meriwayatkan semua sanad kitab) dari Syekh Muhammad Hasanain, tapi tetap saja, jalur sanad sama’i, yaitu sanad guru yang dengannya beliau membaca buku tersebut lebih diunggulkan. Juga, sanad Syekh Muhammad Al-Hafidz Al-Tijani lebih tinggi dari beberapa sisi dari pada sanad Syekh Muhammad Hasanain Makhluf.

Untuk sanad kitab Ayyuhal Walad, Syekh ‘Ali Shalih mengkhatamkan dari awal hingga akhir bersama Syekh Shalih Al-Ja’fari. Sedangkan di edaran yang beredar, riwayat yang ditulis jalur lain, yang belum tentu Syekh ‘Ali pernah membaca kitab tersebut dengan nama yang tertulis.

Sekali lagi, meriwayatkan melalui jalur ijazah ‘ammah tidak salah, dan ini biasa terjadi dan dilegalkan oleh ilmu riwayat. Namun mengedepankan sanad sama’i tetap lebih penting, karena ini akan memberikan info kitab apa saja yang beliau baca dengan guru tertentu (Sumber: FB Fahrizal Fadil).

Keutamaan Mendengar Langsung dari Guru dalam Belajar Agama. Keutamaan Mendengar Langsung dari Guru dalam Belajar Agama. Keutamaan Mendengar Langsung dari Guru dalam Belajar Agama.



Sumber Berita harakah.id

#Keutamaan #Mendengar #Langsung #dari #Guru #dalam #Belajar #Agama

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved