Memahami Sidratul Muntaha Tempat Terakhir Nabi Ketika Mikraj – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Memahami Sidratul Muntaha Tempat Terakhir Nabi Ketika Mikraj

Published

on

Memahami Sidratul Muntaha Tempat Terakhir Nabi Ketika Mikraj




loading…

Tg DR Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab,
Pimpinan Majelis Dalail Khairat Indonesia-MalaysiaPerjalanan puncak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW) dalam misi Mikraj berakhir di Sidratul Muntaha. Secara etimologi “Sidrah” bermakna Daun, sedangkan “Muntaha” bermakna puncak atau penghabisan.

Secara istilah Sidrah Al-Muntaha boleh diibaratkan semacam stasiun akhir yang menjadi tujuan dalam perjalanan Mikraj Nabi. Hal tersebut diungkapkan Nabi dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibn Mas’ud: “Perjalananku berhenti di Sidratul Muntaha.”

Baca Juga: Mengapa Sandal Rasulullah SAW Diizinkan Menembus Sidratul Muntaha?

Yang kemudian menjadi pertanyaan, di manakah Sidratul Muntaha itu berada? Menurut Hadits Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan Imam Muslim, kemudian dikutip oleh Imam As-Suyuthi bahwa Sidratul Muntaha itu terletak di puncak langit ke-6.

Sedangkan menurut hadits riwayat Anas bin Malik yang juga banyak dikutip oleh para ulama menyatakan bahwa Sidratul Muntaha itu terletak di langit ke-7. Demikian hadits ini “Tanaqudh” (paradoks) menurut Imam al-Qurthubi.

Bagi saya memahami hadits ini lebih logis bahwa Sidratul Muntaha di langit ke-6. Alasannya, jika kita hubungkan dengan kisah selanjutnya dimana ketika nantinya baginda Rasulullah SAW menerima perintah kewajiban beban sholat 50 waktu, Nabi Musa berkali-kali meminta keringanan dan pengurangan jumlah bilangan dari 50 menjadi 45 waktu, kemudian 45 menjadi 40. Dari 40 menjadi 35 hingga tersisa kewajiban 5 waktu saja.

Maka dengan demikian, kita akan menemukan “titik temu” bagaimana tingginya intensitas dan frekuensi perjumpaan baginda Rasulullah SAW dengan Nabi Musa yang berjumlah 9 kali pertemuan itu. Sekiranya Sidratul Muntaha itu terletak di langit yang ke-6, sebab memang awal perjumpaan Rasulullah pertama kalinya memang di langit yang ke-6. Dan Nabi Musa memang berada di langit tingkatan ke-6.

Sebaliknya, jika kita pahami bahwa Sidratul Muntaha berada di langit ke-7, maka akan dikesankan pada malam Mi’raj itu Nabi berbolak-balik “turun naik” dari Sidratul Muntaha di langit ke-7, dan selalu “dicegat” Nabi Musa di langit ke-6.

Maka tak mengherankan, para dai seringkali “membumbui” kisah peristiwa pengurangan jumlah bilangan sholat yang terjadi 9 kali itu sebagai perjalanan “bolak-balik” tangga-tangga langit. Padahal, hal tersebut tidaklah terjadi demikian yang mengesankan betapa repot dan sibuknya Nabi demi memenuhi permintaan Nabi Musa.



Sumber Berita kalam.sindonews.com

#Memahami #Sidratul #Muntaha #Tempat #Terakhir #Nabi #Ketika #Mikraj

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved