Sore itu Baginda Raja dan Abu Nawas duduk santai bersama di sudut istana. Di kejauhan sejumlah menteri menyaksikan mereka dengan wajah iri. “Apa hebatnya Abu Nawas, bisa duduk santai dengan Baginda,” celetuk salah seorang menteri kepada rekannya.
Sementara Baginda dan Abu Nawas asyik-asyik saja, ngobrol diselingi tawa. “Abu, kenapa pejabat istana tidak suka dengan kamu?” tanya Baginda di sela menyeruput kopinya.
Abu Nawas hanya tersenyum. “Mungkin mereka belum kenal dengan baik siapa hamba,” jawab Abu Nawas sekenanya.
“Belum kenal bagaimana?”
“Mereka mengenal sedikit dan itu mungkin yang buruk-buruk saja,” ujar Abu Nawas juga sembari menyeruput kopi.
Baca juga: Itik Panggang Berkaki Satu, Hadiah Abu Nawas untuk Baginda
Baginda tidak bisa mengerti dalih Abu Nawas itu. Soalnya, tentang siapa Abu Nawas sudah dijelaskan kepada para pejabat istana. Daftar riwayat hidup Abu Nawas pun mudah diakses pejabat. Ingin kenal seperti apa lagi?
“Saya dengar Baginda mendatangnya gajah dari negeri lain?” tanya Abu Nawas seakan mengalihkan pembicaraan.
“Hei Abu, kamu jangan mengalihkan pembicaraan!” sergah Paduka Raja.
“Tidak yang Mulia, hamba tidak mengalihkan apa-apa,” jawab Abu Nawas buru-buru. “Ini ada kaitannya dengan pertanyaan Paduka,” jelasnya.