Leluhur Nabi Muhammad SAW Pimpinan Para Saudagar yang Tak Terlalu Tajir – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Leluhur Nabi Muhammad SAW Pimpinan Para Saudagar yang Tak Terlalu Tajir

Published

on

Leluhur Nabi Muhammad SAW Pimpinan Para Saudagar yang Tak Terlalu Tajir



loading…

Para leluhur Nabi Muhammad SAW , seperti Hasyim dan Abdul Muthalib , adalah pemimpin kafilah dagang kaum Quraish . Hanya saja, mereka bukanlan taipan yang berlimpah harta. “Klan Hasyim dikenal sebagai pedagang yang dermawan dan cenderung pada perdamaian,” tutur Quraish Shihab dalam bukunya berjudul “Membaca Sirah Nabi Muhammad, Dalam Sorotan Al-Quran dan Hadis-Hadis Shahih“.

Baca juga: Ketika Mekkah Jadi Negeri Para Pedagang, Begini Peran Penting Leluhur Nabi Muhammad SAW

Dr Jawwad Ali dalam bukunya berjudul “Sejarah Arab Sebelum Islam” juga menjelaskan secara umum, anak-anak Abdul Muthalib, memang tidak kaya raya seperti halnya para pedagang Mekkah dan tokok-tokoh tenar Quraisy lainnya. “Namun, mereka hidup berkecukupan (kelas menengah), kaya hati, serta menjadikan Qushay dan Hasyim sebagai teladan,” tuturnya.

Seperti yang lainnya, Abdullah (Ayah Rasulullah SAW) juga keluar dari Mekkah untuk memimpin kafilah dagang. Dalam perjalanan pulang dari Gaza menuju Mekkah, beliau menderita sakit di Madinah hingga akhirnya menghebuskan nafas terakhirnya di sana.

Ayah Nabi meninggal dunia tanpa meninggalkan harta yang berlimpah kepada keluarganya. Tapi, dari generasi ke generasi klan Bani Hasyim menjadi pemimpin dan tokoh yang dihormati di tengah-tengah kaumnya.

Kafilah Besar
Leluhur Nabi Muhammad SAW telah membawa kaum Quraisy disegani di antara suku-suku di Semenanjung Arabia karena sukses dalam perdagangan. Untuk menggambarkan begitu hebatnya perdagangan kaum Quraisy bisa dilihat dari besarnya rombongan kafilah dagang Mekkah yang pernah dicegat oleh kaum Muslim Madinah, tak lama setelah Nabi menetap di sana, yang memicu terjadinya Perang Badar pada 16 Maret 624.

Philip K Hitti dalam bukunya berjudul “History of the Arabs” mencatat kafilah itu terdiri dari sekitar 1.000 ekor unta yang penuh muatan, dengan nilai barang dagangan sebesar 50.000 dinar, serta sekitar 300 orang yang ikut pada misi dagang tersebut.

Menurut Quraish Shihab, masyarakat Arab sebelum Islam telah menggunakan dua jenis mata uang asing, yakni dinar dan dirham. Satu Dinar Byzantium seberat 4,55 gram, sedangkan dirham adalah tujuh per sepuluh dinar.

Jika 1 dinar emas Bizantium, setara dengan 4,55 gram, maka 50.000 dinar (dengan konversi 1 gram emas Rp769.000), maka nilai barang dagangan karavan tersebut diperkirakan mencapai sekitar Rp175 miliar.

Baca juga: Begini Leluhur Nabi Muhammad SAW Mengelola Kakbah, Makan Gratis bagi Jamaah Haji



Sumber Berita kalam.sindonews.com

#Leluhur #Nabi #Muhammad #Pimpinan #Para #Saudagar #yang #Tak #Terlalu #Tajir

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved