Ketika Al-Quran Memuji Sebagian Umat Kristen pada Zaman Nabi – Bagyanews.com
Connect with us

Kalam

Ketika Al-Quran Memuji Sebagian Umat Kristen pada Zaman Nabi

Published

on

Ketika Al-Quran Memuji Sebagian Umat Kristen pada Zaman Nabi


BagyaNews.comHubungan Muslim dan Kristen pada zaman Nabi digambarkan salah satunya dalam QS. Al-Maidah: 82. Al-Quran menyebut umat Kristen sebagai orang yang paling dekat dalam kasih sayang terhadap umat Islam. Mengapa?

Bulan Desember menjadi bulan yang dinanti masyarakat dunia. Secara demografi, mayoritas penduduk dunia menganut agama Kristen atau setidaknya hidup di Negara yang tradisi religiusnya adalah Kristen. Di Negara-negara mayoritas Muslim, relasi antara umat Kristen dan Muslim relatif baik. Beberapa kasus terkadang muncul memicu ketegangan antara Muslim-Kristen. Tetapi, seringkali bisa berakhir dengan damai.

Dalam sejarah Islam awal, hubungan Kristen dan Muslim memiliki dua dimensi seperti disebut di atas. Dibandingkan dengan relasi dengan penganut Yahudi dan kaum Pagan, relasi Muslim dan Kristen cenderung lebih baik.

Potret Hubungan Islam-Kristen Zaman Nabi

Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapat wahyu justru mendapat penjelasan lebih lengkap untuk pertama kali dari Waraqah bin Naufal, seorang Kristen yang masih kerabat istrinya, Khadijah. Beberapa tahun setelah berdakwah secara terang-terangan, Nabi Muhammad SAW mendapat tentangan yang hebat dari suku Quraisy.

Pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW memerintahkan pengikutnya untuk berhijrah ke Habasyah. Habasyah atau Ethiopia hari ini, adalah kerajaan Kristen yang dipimpin oleh seorang Negus atau Najashi. Najashi dari Habasyah berjanji melindungi umat Islam. Pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW dan Najashi bersahabat dengan baik. Saling berkirim hadiah, dan bahkan, ketika mendapat kabar wafatnya Najashi, Nabi Muhammad SAW mendoakannya dalam shalat.

Bila hubungan dengan Yahudi dan Pagan Arab seringkali bersifat politik, penuh intrik dan terkadang diwarnai adegan penuh darah, hubungan dengan penganut Kristen pada zaman Nabi lebih bersifat dialog, keilmuan, dan saling menghormati.

Misalnya, Masjid Nabawi di Madinah pernah menjadi tempat pertemuan dengan utusan umat Kristiani dari Najran, di Arab Selatan. Di dalam masjid ini, diadakan dialog antara para pendeta dan Nabi SAW tentang konsep ketuhanan. Ketika telah tiba waktu ibadah, kaum Kristen melaksanakan ibadahnya di dalam Masjid Nabawi.

Nabi Muhammad SAW berkirim surat dengan dua penguasa Kristen di Romawi Timur dan Mesir. Romawi Timur atau disebut Bizantium merupakan kekaisaran yang dipimpin oleh Hiraklius, seorang Kristen. Hiraklius sangat menghormati Nabi Muhammad SAW, karena sebelumnya sudah banyak tahu tentang sepak terjang Nabi.

Ketika menerima surat dari Nabi, Hiraklius menyimpannya dengan baik. Bahkan sampai hari ini, surat Nabi kepada Hiraklius masih ada. Ini berbeda dengan sikap penguasa Persia yang tidak menaruh hormat sedikit pun kepada Nabi. Ia merobek-robek surat diplomasi Nabi. Hal itu membuat Nabi Muhammad SAW tersinggung dan mendoakan agar Kekaisaran Persia segera terobek-robek.

Persia segera hancur beberapa tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Sedangkan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel, sekarang Turki, bertahan hingga ribuan tahun berikutnya. Baru pada tahun 1457, Bizantium runtuh karena serangan Sultan Muhammad Al-Fatih dari kesultanan Turki Usmani.  

Penguasa Mesir saat itu, Muqauqis dengan senang hati menerima surat dari Nabi SAW. Bahkan sebagai tanda persahabatan, Muqauqis mengirim hadiah beberapa barang berharga dan seorang budak perempuan cantik jelita bernama Mariyah Al-Qibtiyyah. Mariyah kemudian dimerdekakan oleh Nabi, dan diperistri. Dari beliau, lahir seorang anak lelaki bernama Ibrahim. Hanya saja, Ibrahim wafat saat masih kecil.

Al-Quran Memotret Hubungan Muslim-Kristen

Hubungan yang baik antara Muslim-Kristen juga digambarkan oleh Al-Quran.   

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (82(

Niscaya engkau akan menjumpai orang-orang yang paling keras kebenciannya terhadap orang-orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang menyekutukan Allah. Dan niscaya engkau akan menjumpai orang-orang yang paling dekat kasih sayangnya kepada orang-orang beriman adalah orang-orang yang mengatakan, “Kami Nasrani”. Hal itu karena di antara mereka terdapat para qissisin dan ruhban. Dan mereka tidak menyombongkan diri. (QS. Al-Maidah: 82)

Alasan Allah Memuji Umat Kristen

Secara singkat, dalam ayat ini, Allah memuji “Orang-orang yang bilang ‘Kami Nasrani’. Beberapa pujian Allah kepada mereka dapat ditemukan dalam ungkapan;

  1. Paling dekat dalam berkasih sayangnya (aqrabahum mawaddah)
  2. Mereka ahli agama yang alim, taat dan tulus (qissisin wa ruhban)
  3. Tidak ada kesombongan dalam diri (la yastakbirun).

Mengenai siapa yang dimaksud dalam ayat di atas, para ahli tafsir Al-Quran generasi awal berbeda pendapat. Ada yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan umat Kristen yang dipuji Al-Quran di atas adalah Raja Najashi dan kaumnya. Mereka membantu umat Islam dengan melindungi dari gangguan suku Quraisy.

Ada yang menyatakan, mereka adalah para pendeta, ahli agama dan penjaga gereja di Habasyah yang diutus Najashi menemui Nabi di Madinah. Ada pula yang berpendapat bahwa mereka yang dipuji oleh Allah adalah orang-orang yang menjadi pengikut setia Nabi Isa.

Hubungan Kebudayaan Islam-Kristen Setelah Era Nabi

Dalam perjalanannya, hubungan dengan umat Kristiani dalam dunia Muslim relatif baik. Pada era Umayyyah, terjadi pengangkatan pejabat dari kalangan Kristen di Suriah, dan pada era Dinasti Abbasiyah, banyak intelektual Kristen yang menempati posisi penting dalam proyek pengembangan ilmu pengetahuan; filsafat, sejarah, bahasa, astronomi, sains dan lain sebagainya.

Dalam konteks perdebatan teologis, umat Kristen merupakan partner sparing yang argumennya tidak mudah dipatahkan sehingga memicu lahirnya kelompok rasionalis Islam seperti Muktazilah dan Falasifah.

Bahkan, Fakhruddin Al-Razi seorang teolog Sunni, menyatakan bahwa sebenarnya perdebatan teologi antara Islam dan Kristen adalah lebih keras disbanding dengan Yahudi. Hal ini karena, kaum Yahudi hanya menolak klaim kenabian Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kaum Kristen, selain menolak klaim kenabian Nabi Muhammad SAW, juga memiliki doktrin ketuhanan yang berbeda yang lebih berat dihadapi dibanding Yahudi.  

Al-Razi menggarisbawahi, bahwa sekalipun secara teologis jarak antara Muslim dan Kristen lebih jauh, tetapi karena kaum Kristen tidak dikuasai kerakusan terhadap dunia, maka Al-Quran menggambarkan mereka lebih dekat kasihnya dibanding orang Yahudi. Sedangkan orang Yahudi digambarkan lebih rakus, sehingga mereka lebih menampakkan permusuhannya terhadap orang Islam.

Jika kedua kelompok ini menghadapi para intelektual Kristen dengan berbasis argumen rasio, berbeda dengan kelompok sufi. Para sufi mengembangkan konsep kasih sayang –yang tidak sedikit bersumber dari ajaran Nabi Isa. Ajaran cinta ala Sufi ini menjadi potret bahwa corak keberagamaan merupakan bentuk ekspresi kebudayaan. Hukum kebudayaan adalah dinamis, terbuka, dan tidak jarang saling meminjam dan mempengaruhi.

Demikian potret hubungan Islam dan Kristen. Dimana pada zaman Nabi, hubungan sangat baik. Bahkan hal itu sampai membuat Al-Quran memuji sebagian umat kristen. Al-Quran memuji sebagian umat kristen ini bukan tanpa alasan. Al-Quran memuji sebagian umat kristen karena mereka bersikap santun, adanya orang-orang taat, ahli agama, yang tulus ikhlas, dan tidak sombong.



Sumber Berita harakah.id

#Ketika #AlQuran #Memuji #Sebagian #Umat #Kristen #pada #Zaman #Nabi

Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2021 BagyaNews.com. . All Rights Reserved