Tentang doa mustajab sendiri, banyak tercatum dalam hadis. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa hadis tentang doa mustajab ini, yakni:
1. Hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
Melalui sahabat Nabi Shallallau alaihi wa sallam ini, ada beberapa hadis yang meriwayatkan tentang doa mustajab ini, antara lain:
– Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَنْصُبُ وَجْهَهُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي مَسْأَلَةٍ إِلاَّ أَعْطَاهَا إِيَّاه، إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَهَا لَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ.
“Tidaklah seorang muslim meminta suatu permintaan kepada Allah ta’ala kecuali akan Allah kabulkan permintaan itu baik dikabulkan segera atau Allah simpan kebaikan itu dan diberikannya di akhirat.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Baca juga: Doa Nabi Yunus, Salah Satu Doa yang Mustajab
– Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِشَيْءٍ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ، فَإِمَّا أَنْ يُعْطِيَهُ إِيَّاهُ، وَإِمَّا أَنْ يُكَفِّرَ عَنْهُ مَأْثَمًا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
“Tidaklah seorang muslim berdo’a sesuatu kecuali Allah kabulkan, baik akan Allah berikan itu secara langsung atau diganti dengan dihapuskannya dosa yang pernah ia dilakukan, selama tidak berdo’a dengan (perbuatan) dosa atau (perbuatan) yang merusak hubungan saudaranya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
– Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa yang tidak diragukan lagi pasti mustajab; doa orang tua, doa musafir, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Abu Daud. Hadis ini derajatnya hasan)
– Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal, akan terputus seluruh amalannya kecuali tiga saja; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)
2. Hadis Abu Said al-Khudhri.
Dari sahabat Abu Sa’id al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَكُفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ بِمِثْلِهَا، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: اللَّهُ أَكْثَرُ.