Baca juga: Bagaimana Nasab Anak Hasil Perzinaan Perempuan Tak Bersuami?
Pertanyaan selanjutnya, mahramkah anak hasil zina dengan keluarga lelaki yang menzinai ibunya?
Banyak ulama berpendapat bahwa anak hasil zina terputus nasab dan hak warisnya dari lelaki yang menzinai ibunya. Dengan dasar ini maka anak zina tersebut bukanlah mahram bagi keluarga lelaki tersebut, sebab status mahram didapatkan dengan tiga sebab yaitu nasab, persusuan dan perkawinan.
Ketiga sebab ini tidak ada pada anak zina. Oleh karena itu ia bukanlah mahram bagi lelaki tersebut, saudara dan anak-anak lelaki tersebut yang dilahirkan dari pernikahan yang sah.
Konsekwensinya seluruh hukum-hukum yang berhubungan dengan kebolehan melihat, khalwat dan safar dilarang di antara mereka.
Baca juga: Bagaimana Nasab Anak Hasil Perzinaan Perempuan Tak Bersuami?
Lalu, bolehkan lelaki tersebut menikahi anak hasil perbuatan zinanya?
Permasalahan ini pernah ditanyakan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan beliau menjawab, menurut mayoritas ulama besar kaum muslimin, ia tidak boleh menikahinya sampai-sampai Imam Ahmad mengingkari adanya perbedaan pendapat dalam hal ini di kalangan salaf.
Beliau mengatakan: “Siapa yang berbuat demikian (menikahi anak hasil perbuatan zinanya-red) maka dihukum bunuh.
Disampaikan kepada beliau sebuah pendapat dari Imam Malik bahwa beliau membolehkannya, maka Imam Ahmad mendustakan penukilan dari Imam Malik tersebut.
Pengharaman hal ini adalah pendapat Abu Hanifah dan pengikutnya, Ahmad dan pengikutnya, Malik dan mayoritas pengikutnya dan juga merupakan pendapat banyak pengikut mazhab Syafi’i.
Beliau juga mengingkari berita bahwa Imam Syafi’i berpendapat yang berbeda dengan ini. Para ulama mengatakan, “Imam Syafi’i hanya mengatakan anak perempuan dari susuan bukan anak hasil perbuatan zina.[Majmû’ fatâwâ 32/143].
Ibnu Taimiyah juga ditanya tentang seorang yang menzinahi seorang wanita, lalu lelaki tersebut meninggal dunia. Apakah anak dari lelaki yang berzina tersebut diperbolehkan menikahi wanita yang dizinai ayahnya?
Beliau menjawab: Ini dilarang dalam madzhab Abu Hanîfah, Ahmad dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Malik dan dalam pendapat kedua beliau membolehkan. Dan ini juga madzhab Syâfi’i. [Majmû’ Fatâwâ 32/143]. Wallahualam.
Baca juga: Bisakah Anak Hasil Zina Menerima Warisan dari Lelaki yang Menzinai Ibunya?
(mhy)