Published
11 bulan agoon
[ad_1]
Siapa sangka jika stadion tertua di Indonesia terletak di kota terbesar kedua di Jawa Timur, yaitu Malang. Sebagai kota yang kerap dijuluki Kota Bola, Malang memang memiliki beberapa stadion, bukan hanya Stadion Gajayana. Setidaknya saat ini ada enam stadion di Malang yang cukup layak sebagai tempat untuk menggelar berbagai pertandingan sepak bola nasional. Namun Stadion Gajayana memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri.
Stadion Gajayana adalah stadion sepak bola pertama yang dimiliki Indonesia. Dibangun pada zaman kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1924, oleh Wali Kota Malang saat itu, yaitu H. I Bussemaker. Pria berkebangsaan Belanda tersebut merupakan Wali Kota Malang pertama yang resmi secara hukum.
Stadion Gajayana merupakan salah satu wujud kesuksesan H. I Bussemaker sebagai Wali Kota Malang. Pembangunan stadion ini dimulai pada akhir periode pertama pemerintahan H. I Bussemaker, yaitu tahun 1919-1924. Pembangunan stadion ini menelan biaya hingga 100.000 gulden atau setara Rp 800 jutaan.
Karena dianggap berhasil, pemerintahan H.I Bussemaker diperpanjang sehingga ia dapat meneruskan pembangunan Stadion Gajayana. Dan stadion kebanggaan masyarakat Malang tersebut selesai dibangun pada tahun 1926. H. I Bussemaker sendiri selesai memerintah Malang pada tahun 1929.
Sayang, belum diketahui apa nama asli stadion ini pada masa awal berdiri. Karena berdasarkan beberapa literatur, nama Stadion Gajayana baru ada pada sekitar tahun 1980-an setelah dilakukan renovasi besar-besaran.
Sebagai salah satu ikon Malang, sudah sepantasnya letaknya berada di tengah kota, dekat dengan alun-alun Kota Malang. Atau tepatnya di Jalan Tangkuban Perahu, Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Dengan demikian stadion ini berada di lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Sejak selesai dibangun sudah banyak klub sepak bola yang menjadikan stadion ini sebagai markas. Mulai dari klub zaman Belanda yaitu Malangsche Voetbal Unie, hingga Arema Malang. Karena itulah Stadion Gajayana telah menjadi saksi perkembangan dunia sepak bola di Malang maupun Indonesia.
Meski terbilang sederhana, saat awal berdiri Stadion Gajayana cukup representatif. Ketika itu stadion ini berupa lapangan rumput untuk bermain sepak bola dengan dinding atau tribun yang rendah. Selain itu di kompleks stadion ini juga dibangun dua lapangan sepak bola kecil di sisi luarnya dan kolam renang.
Setelah selesai dibangun pada tahun 1924, Stadion Gajayana baru mengalami beberapa pemugaran kecil pada sekitar tahun 1970-an. Lalu ketika Malang berada di bawah pimpinan Wali Kota Kolonel Soegiyono, renovasi besar-besaran di lakukan.
Kolonel Soegiyono menjabat sebagai wali kota Malang pada tahun 1973 hingga 1983. Pada masa pemerintahannya itulah Stadiona Gayana mengalami perubahan yang cukup signifikan. Terutama pada bagian tribun atau tempat duduk penonton. Kapasitas penonton diperbanyak hingga tiga kali lipat.
Pada tahun itulah stadion ini diberi nama Gajayana, merujuk pada nama raja pertama kerajaan Kanjuruhan yang merupakan cikal bakal Malang pada sekitar abad ke-8. Raja Gajayana yang bertahta selama 29 tahun mampu membuat rakyat aman dan tenteram. Sehingga namanya diabadikan menjadi stadion hingga jalan.
Beberapa renovasi dilakukan lagi pada tahun 2002-2003. Renovasi besar baru dilakukan kembali 18 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2008. Renovasi kembali difokuskan pada peningkatan kapasitas penonton. Lalu bagian area samping stadion dirombak menjadi Malang Olympic Garden (MOG).
Stadion Gajayana rencananya juga akan direnovasi agar siap digunakan pada laga Liga I Indonesia pada tahun 2023/2024, sekaligus menjadi markas bagi Arema FC. Sayangnya proses renovasi yang direncanakan meliputi penambahan 10 ribu single seat dan penerangan belum terlaksana hingga dimulainya Liga I 2023/2024.
Meski disebut belum layak menjadi tempat ajang Liga 1 Indonesia karena standar penerangan dan single seat belum ada, namun berkat beberapa renovasi Stadion Gajayana memiliki fasilitas yang cukup memadai.
Pada awal pendiriannya, Stadion Gajayana didesain untuk mampu menampung hingga 5.000 penonton. Jumlah yang sangat besar pada waktu itu. Namun seiring bertambahnya waktu, kapasitas tersebut dirasa kurang mencukupi sehingga pada renovasi tahun 1990 kapasitas penonton ditambah hingga 17.000 orang.
Lalu pada renovasi tahun 2008 kapasitasnya ditambah lagi hingga mencapai 25.000 orang. Bahkan pada beberapa acara dan kompetisi sepak bola, jumlah penonton bisa mencapai 30.000 orang. Jumlah tersebut terbagi dalam beberapa tribun.
Tribun penonton dibagi menjadi beberapa jenis dengan kapasitas masing-masing. Tribun VVIP misalnya, mampu menampung 1.500 penonton. Tribun VIP menampung 6.000 penonton, tribun utama menampung 1.500 penonton. Sedangkan sisanya, yaitu tribun ekonomi menampung 21.000 penonton.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mengeksplorasi artikel kilas balik menarik lainnya yang bisa memberikan wawasan baru:
Sebagai salah satu stadion yang cukup besar, Stadion Gajayana kerap menjadi tempat perhelatan besar dan bergengsi. Tak hanya kompetisi olahraga sepak bola, tapi juga acara-acara lain. Berikut beberapa acara bergengsi yang pernah digelar di Stadion Gajayana:
Sejarah Stadion Gajayana Malang, Stadion Tertua di Indonesia
Topik:
#kilas balik
#Malang
#olahraga
#sepakbola
#stadion gajayana
[ad_2]
Sumber Berita www.literasipublik.com
#Sejarah #Stadion #Gajayana #Malang #Stadion #Tertua #Indonesia