BagyaNews.com – Perang-perang Nabi yang terjadi di Bulan Ramadan ini menunjukkan kalau Nabi dan para sahabat tidak menghabiskan bulan puasa hanya dengan leha-leha, tidur dan santai. Tak tanggung-tanggung, mereka berperang!
Nabi Muhammad Saw dan para sahabat bukanlah tipe umat yang malas. Masuknya Bulan Ramadhan, intensitas ibadah puasa dan ibadah lainnya tidak membuat mereka berleha-leha dan menghabiskan waktunya hanya untuk merasakan lapar dan haus di Bulan Ramadan. Sebaliknya, di Bulan Ramadhan, demi kesuksesan dakwah Islam, Nabi Muhammad Saw dan para sahabat justru lebih giat berdakwah bahkan berangkat menuju gelanggang peperangan.
Perang-perang Nabi dan kegiatan militer penting lainnya di masa-masa Islam awal terjadi di Bulan Ramadhan. Ini mengingatkan kita bahwa Bulan Ramadhan, oleh para sahabat tidak hanya dijadikan sebagai ajang untuk memperbanyak ibadah ritual dan individual. Mereka, bersama Nabi, juga melakukan ibadah sosial, yang memiliki dampak luas bagi umat Islam secara menyeluruh, salah satunya dengan berangkat perang.
Berikut perang-perang Nabi Muhammad Saw beserta pada sahabat yang meletus dan terjadi di Bulan Ramadhan; Bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan.
Perang Badar. Kisah heroik Nabi Muhammad Saw dan para sahabat di peperangan Badar sudah masyhur. Saking terkenal dan fenomenalnya, Perang Badar dikisahkan secara langsung dalam Al-Qur’an. Disebut-disebut sebagai perang terbesar yang pernah dilalui oleh umat Islam generasi awal, Perang Badar mempertemukan + 300 pasukan Islam dengan + 1000 pasukan kaum musyrikin Mekkah pada Jumat Pagi tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriyah. Kegagahan 300 pasukan Islam saat itu mengalahkan jumlah musuh yang hampir 3 kali lipat lebih banyak. Para veteran Perang Badar disebut dalam sejarah sebagai Ahl al-Badr, memiliki posisi istimewa dalam sejarah umat Islam, kalangan sahabat, tabi’i dan di sisi Allah Swt.
Perang Khandaq. Dikenal sebagai perang parit. Strategi perang defensif yang diusulkan oleh Salman al-Farisi ini belum pernah dikenal dan dilakukan sebelumnya oleh pasukan Islam secara khusus, dan sejarah perang Arab secara umum. Kondisi geografis dan dukungan alam tidak memungkinkan bangsa Arab menerapkan strategi perang defensive dengan membangun tembok atau menggali parit dan mengalahkan musuh dalam proses pengepungan. Perang ini terjadi selama Bulan Syawal dan berakhir di Bulan Dzulhijjah tahun 5 Hijriyah. Perencanaan strategi, perdebatan dan diterimanya usulan “parit” Salman al-Farisi terjadi di Bulan Ramadhan; sebulan sebelum pecahnya perang.
Fath al-Makkah. Tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah, dalam keadaan berpuasa, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat mulai keluar dari Madinah menuju Makkah. Kampung halaman Nabi, tempat pertemuannya dengan Khadijah, tempat Islam diumumkan sebagai agama yang haq dari Allah SWT, tempat Nabi menyemai persahabatan dengan sahabat-sahabat yang pertama masuk Islam, akhirnya bisa dibebaskan dari kuasa kaum musyrik Makkah tanpa pertumpahan darah.
Perang Tabuk. Disebut-sebut sebagai perang terakhir yang diikuti oleh Nabi Muhammad SAW. Perang Tabuk sebenarnya merupakan aksi pencegahan inisiatif Nabi untuk meredam gejolak yang lebih besar di wilayah yang berbatasan langsung dengan Romawi. Perang ini terjadi di Bulan Rajab dan berakhir dengan kemenangan pada tanggal 26 Ramadhan tahun 9 Hijriyah.
Inilah perang-perang Nabi yang merupakan kejadian penting di masa beliau dan para sahabat yang menunjukkan bahwa Ramadhan tidak harus selalu diisi oleh ibadah-ibadah yang bersifat individual, tapi juga harus diisi oleh kegiatan-kegiatan positif yang berdampak luas kepada masyarakat.