Ada lelaki di zaman dahulu; menyembah Allah selama 80 tahun tanpa melakukan kedurhakaan kepada-Nya. Foto/Ilustrasi: Ist
Rasulullah SAW menceritakan tentang seorang lelaki (zaman dahulu) yang menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah SWT. Maka kaum muslimin merasa kagum dengan perihal lelaki yang berjihad tersebut.Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya: “
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan”. ( QS Al-Qadar : 1-3).
Maksudnya “bahwa malam kemuliaan itu” lebih baik daripada lelaki itu menyandang senjatanya selama seribu bulan dalam berjihad di jalan Allah. (HR Abu Dawud).
Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa dahulu dari kalangan ulama kaum Bani Israil (keturunan Ya’kub as) selalu melakukan salat malam hingga pagi hari, kemudian siang harinya ia berjihad di jalan Allah hingga petang hari, dia melakukannya selama seribu bulan, maka bersabda Rasulullah SAW , lalu turunlah surat Al-Qadar. Yakni melakukan salat malam di malam Al-Qadar lebih baik daripada amalan orang Bani Israil yang beribadah dan berjihad tadi. (HR Tirmidzi).
Suatu hari Rasulullah SAW menceritakan tentang kisah empat orang lelaki di zaman dahulu; mereka menyembah Allah selama delapan puluh tahun tanpa melakukan kedurhakaan kepada-Nya.
Beliau SAW menyebutkan nama mereka, yaitu Ayyub , Zakaria, Hizkil ibnul Ajuz, dan Yusya’ ibnu Nun . Lalu para sahabat Rasulullah SAW merasa kagum dengan amalan mereka. Maka datanglah Jibril as kepada Nabi SAW dan berkata : “Hai Muhammad, umatmu merasa kagum dengan ibadah mereka selama delapan puluh tahun itu tanpa berbuat durhaka. Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan hal yang lebih baik daripada itu”. Kemudian malaikat Jibril as membacakan kepadanya firman Allah surat Al-Qadar ayat 1-3.
Jibril berkata ini lebih baik daripada apa yang engkau dan umatmu kagumi. Maka bergembiralah karenanya Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersamanya saat itu.
Imam Sufyan Assauri mengatakan bahwa amalan puasa, qiyamnya lebih baik daripada melakukan hal yang sama dalam seribu bulan bila dibandingkan dengan amalan ibadah di dalam bulan yang tidak terdapat malam Lailatulqadarnya.
Di dalam hadis lain disebutkan:
عن أبى مصعب أحمد بن أبى بكر الزهرى حدثنا مالك أنه بلغه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أرى أعمار الناس قبله أو ماشاء الله من ذلك فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العجل الذى بلغ غيرهم فى طول العمر فأعطاء الله ليله القدر خيار من ألف شهر.
Abi Mas’ab yaitu Ahmad Ibnu Abi Bakar Azzuhri mengatakan dari Malik telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah SAW diperlihatkan kepadanya usia-usia manusia yang sebelumnya dari kalangan umat terdahulu, atau sebagian dari hal tersebut menurut apa yang dikehendaki oleh Allah.
Maka Rasulullah SAW seakan-akan menganggap pendek usia umatnya bila dibandingkan dengan mereka yang berusia sedemikian panjangnya dalam hal beramal, dan beliau merasa khawatir bila amal umatnya tidak dapat mencapai tingkatan mereka.
Maka Allah SWT memberinya Lailatulqadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Hadis ini telah disandarkan melalui jalur lain, dan apa yang dikatakan oleh Malik ini memberi pengertian bahwa Lailatul Qadar hanya dikhususkan bagi umat ini. Firman Allah SWT:
تَنَزَّلُ الْمَلٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ. سَلٰمٌ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ. (القدر : ٤-٥)
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”. ( QS Al-Fajr : 4-5) yakni banyak malaikat yang turun (ke muka bumi) di malam kemuliaan ini bersamaan dengan turunnya berkah dan rahmat dari Allah SWT.
Mereka menjumpai orang-orang yang membaca Al-Qur’an, mengelilingi halaqah-halaqah zikir, serta meletakkan sayap mereka menaungi orang yang menuntut ilmu karena menghormatinya, mendatangi orang-orang yang ada di dalam masjid yang sedang salat sampai fajar terbit.
Jibril as tidak membiarkan sebuah rumah pun yang di dalamnya terdapat orang mukmin laki-laki atau perempuan, selain dia memasukinya dan mengucapkan salam kepadanya, seraya mengatakan, “Hai orang mukmin laki-laki atau hai orang mukmin perempuan, Allah mengucapkan salam kepadamu”.