Mengkhatamkan Al-Quran di Bulan Ramadan bukan perkara wajib. Foto/Ilustrasi: Dok SINDOnews
Salah satu amalan di bulan Ramadan yang banyak dilakukan umat Islam adalah tadarus atau membaca kitab suci Al-Qur’an dengan harapan meraih pahala yang berlimpah. Diriwayatkan, Rasulullah SAW mengkhatamkan Quran sekali selama Ramadan bersama Jibril as , namun pada tahun wafatnya beliau mengkhatam 2 kali bersama Jibril as.Syaikh Ibnu Utsaimin dalam bukunya berjudul “
Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin” pernah ditanya, apakah diwajibkan bagi orang yang berpuasa untuk mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan?
Beliau menjawab, “Mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan bukan perkara wajib. Akan tetapi, selayaknya seseorang memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadan, sebagaimana hal tersebut merupakan sunah Rasulullah SAW. Dahulu beliau mengulang kembali bacaan Al-Qurannya bersama malaikat Jibril di bulan Ramadan.”
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه : ( أن جبريل كان يعْرضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعرضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فيه )
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu , “Sesungguhnya Jibril mengulang kembali Al-Quran kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sekali dalam setahun. Pada tahun wafatnya beliau, Dia mengulangnya dua kali.”
Ibnu Atsir berkata dalam Al-Jami Fi Gharibil Hadits menjelaskan maksud hadis ini adalah bahwa dia mengulang kembali seluruh Al-Quran yang pernah diturunkan.
Sementara itu, Imam Nawawi dalam kitab “At-Tibyan” memberi komentar tentang mengkhatamkan Al-Quran. “Pendapat yang dipilih adalah bahwa masalah ini berbeda sesuai perbedaan antara individu. Siapa yang lebih condong untuk mendalami kandungannya, pelajaran dan hikmahnya, maka hendaknya dia membatasi amalnya sesuai kemampuannya untuk memahami apa yang dia baca.”
“Demikian pula yang sibuk untuk menyebarkan ilmu, atau tugas lainnya dalam agama dan kemaslahatan kaum muslimin serta masyarakat umum. Hendaknya dia dapat berkonsentrasi secara proporsional dengan ukuran tidak menyebabkannya menjadi lalai pada bidang khususnya. Jika seseorang tidak memiliki tugas khusus, maka hendaklah dia memperbanyak membaca Al-Quran, asal jangan sampai keluar batas, hingga bosan atau stres.”
Walaupun anjuran dan kesunahan mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan, sedemikian kuat, namun tetap saja ruang lingkupnya adalah perbuatan sunah, bukan merupakan kewajiban yang harus, sehingga seorang muslim dianggap berdosa apabila meninggalkannya.
Di kalangan ulama salaf mereka bersungguh-sungguh untuk mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan untuk meneladani Nabi Muhammad SAW.
Ibrahim An-Nakhai dalam As-Siyar berkata, “Al-Aswad mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan setiap dua malam sekali.”
Qatadah dalam kitab yang sama juga disebut biasanya mengkhatamkan Al-Quran dalam tujuh hari. Jika telah datang bulan Ramadan, beliau mengkhatamkannya dalam tiga hari. Jika telah masuk sepuluh hari terakhir, beliau mengkhatamkannya dalam sehari.
Sedangkan Mujahid dalam kitab At-Tibyan karya An-Nawawi disebut mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan setiap malam. Mujahid berkata, “Ali Al-Azdi biasanya mengkhatamkan Al-Quran di bulan Ramadan setiap malam.”
Rabi’ bin Sulaiman dalam Siyar A’lam Nubala berkata, “Asy-Syafii biasanya mengkhatamkan Al-Quran dalam bulan Ramadan sebanyak 60 kali.”
Al-Qasim bin Hafiz bin Asakir berkata, “Dahulu bapakku selalu salat berjamaah dan membaca Al-Quran. Beliau mengkhatamkannya setiap Jumat. Sedangkan pada bulan Ramadan, beliau mengkhatamkannya setiap hari.”
(mhy)