Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Bisri, menyampaikan bahwa orang yang paling bahagia di dunia ini adalah mereka yang termasuk kelompok halim, yaitu orang yang selalu bersikap lapang dada di semua situasi. Al-ḫalim ini mempunyai pangkat paling tinggi dari semua akhlakul karimah.
“Jujur itu termasuk akhlak, dermawan itu juga akhlak, banyak. Pimpinannya adalah al-ḫilm,” jelas kiai yang akrab disapa Gus Mus itu dalam sebuah pengajian yang tayang di kanal Youtube Mus Channel diunggah Rabu (29/9/2021).
Dikatakan Gus Mus, salah satu sifat Allah adalah al-halim, yang luar biasa lapang toleransinya. Sebesar dan sebanyak apa pun perilaku buruk yang dilakukan oleh hamba-Nya, Allah senantiasa membiarkan dan diberi waktu untuk bertaubat.
“Dikasih waktu barangkali sadar biar taubat. Makanya ḫalim pakai shighat fa’il, yang mengandung makna sangat (lapang toleransinya),” ujar Pengasuh Pesantren Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang tersebut.
Menurut Gus Mus, bersikap lapang dada termasuk sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan. “Ini yang paling sulit sendiri kamu melakukan, bagaimana kamu disakiti dan kamu bisa menerima dan memaafkan orang yang menyakiti kamu, itu ḫalim,” paparnya.
Dalam video yang diberi tagline Jimat Gus Mus itu diceritakan para sahabat yang hampir tersulut emosinya ketika melihat Nabi Muhammad dicaci maki, dihina dan diperlakukan buruk oleh orang-orang kafir.
“Para sahabat sudah menghunus pedangnya karena sudah tidak tahan, Kanjeng Nabi masih tersenyum, biarkan saja, itu ḫalim, dadanya lapang,” imbuhnya.
Ditegaskan Gus Mus, orang yang dadanya lapang itu adalah orang yang paling enak hidupnya, sebab orang yang dadanya sempit hidupnya tidak akan tenang sebab hatinya dipenuhi oleh dendam akibat selalu menyimpan perilaku buruk orang lain di dalam hati.
“Kalau kamu ada orang yang berbuat salah padamu, kamu simpan, ada lagi orang yang berbuat salah kamu simpan, ini (hati) penuh dengan kemarahan dan menyebabkan tidak tenang,” tegasnya.
Ditambahkannya, ketika hati sudah dipenuhi oleh kemarahan, apapun yang dilakukan akan selalu teringat dengan perilaku buruk orang lain. “Membaca buku teringat dendam yang ini, minum kopi teringat dendam yang ini, sakit semua,” ucapnya.
Tapi, kata Gus Mus, kalau hatinya kosong tanpa dendam, hidup ini akan terasa ringan dan enak sakali karena semua dendam sudah lepas. “Kamu minum kopi terasa kopi, makan terong terasa terong tidak terasa sekam, karena (hati) plong,” ungkapnya.
Dijelaskan Gus Mus, semua manfaat dari kebaikan yang dianjurkan oleh Allah dan disampaikan oleh Rasulullah, jika dilakukan itu akan dirasakan oleh orang yang melakukannya karena Allah maupun Nabi Muhammad tidak membutuhkan semuanya.
“Gusti Allah tidak butuh apa-apa, Kanjeng Nabi hanya sekedar menyampaikan apa yang diperintahkan Allah, semuanya untuk kita,” pungkasnya.
Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Kendi Setiawan