Feature
Cara Madani Film Festival 2023 Mengencangkan Buhul Pengikat Keberagaman Lewat Film
Published
1 tahun agoon
[ad_1]
Madani IFF merupakan program yang diinisiasi oleh Mizan dan Pabrikultur, didukung oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia dan Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), telah memasuki tahun keenam penyelenggaraannya.
Dari tahun ke tahun, Madani IFF konsisten menghantarkan pesan dan gambaran kehidupan kaum muslimin dari berbagai belahan dunia. Baik muslim sebagai warga mayoritas, maupun minoritas. Pesan yang disampaikan melalui medium film ini diharapkan sampai kepada penonton dan peserta festival hingga dapat lebih menghayati beragamnya kehidupan, mimpi dan harapan, dari kaum muslimin dalam berbagai situasi dan konteks mereka, sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan dalam keberagaman yang ada.
Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek menyampaikan bahwa pemerintah secara aktif memberikan dukungan bagi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat, termasuk di dalamnya Madani IFF yang mengemban pesan keberagaman dan toleransi yang disampaikan melalui media film.
“Madani IFF memiliki posisi yang unik dalam dunia festival film, menjadi satu-satunya platform yang didedikasikan untuk isu penting moderasi agama, tidak hanya di Indonesia tetapi mungkin juga di seluruh Asia dan dunia. Di dunia, di mana pemahaman dan harmoni semakin penting, festival ini memainkan peran penting dalam memberikan harapan tentang pentingnya moderasi agama dan signifikansinya dalam masyarakat kita,” jelas Ahmad Mahendra.
Wakil Ketua II DKJ dan Anggota Komite Film DKJ Felencia Hutabarat menyebutkan bahwa Madani IFF merupakan salah satu program internasional yang mendapatkan perhatian dan dukungan oleh DKJ dalam kerangka besar mendorong terciptanya ekosistem berkesenian yang membangun, karena kesenian adalah kebutuhan dasar manusia yang memiliki fungsi sosial dan menjadi salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat, dan kemajuan kota di mata masyarakat global.
“DKJ mendukung pelaksanaan Madani International Film Festival sebagai bagian dalam program internasional yang dilaksanakan oleh Komite Film DKJ yang menjadi cerminan kebijakan pengembangan kesenian DKJ. Festival ini menjadi bagian penting dalam program DKJ sebagai wahana untuk merayakan keberagaman, dan film adalah salah satu media kesenian yang memiliki penetrasi kuat ke dalam masyarakat untuk menyampaikan nilai-nilai keberagaman tersebut dalam kacamata global,” papar Felencia.
“Buhul” menjadi tema Madani IFF tahun ini. Sebagaimana disampaikan oleh Hikmat Darmawan, Board Madani IFF, kata Buhul secara positif digunakan terutama sebagai terjemahan untuk ungkapan ‘urwatul wutsqa’ dalam Al Baqarah: 256. Jika diterjemahkan secara harfiah, ‘buhul’ di sini mengacu pada ‘simpul tali’ yang mengikat amat kuat. Pemaknaan ‘buhul’ sebagai ‘simpul dalam tali’ atau ‘ikatan yang sangat kuat’ inilah yang dijadikan inspirasi untuk tema Madani IFF tahun ini.
“Dalam budaya bahari, tali temali dengan aneka simpulnya adalah hal yang tak terelakkan. Gelombang laut yang tak terduga atau angin yang menderas jadi badai memanggil kebutuhan akan adanya ikatan-ikatan tali yang sederhana tapi kuat. Kita, kata Hilmar Farid dalam Pidato Kebudayaan DKJ tahun 2014, telah terlalu lama memunggungi laut. Sebagai akibatnya, buhul-buhul antara sesama, alam, dan Tuhan terburai di belakang punggung kita,” demikian disampaikan Hikmat Darmawan.
Dalam pemaparannya, Direktur Festival Sugar Nadia Azier menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan tahun ini ada 1.707 film berpartisipasi dalam open submission film yang telah dibuka sejak Mei-Juli 2023.
“Film-film tersebut diseleksi oleh tim juri yang terdiri dari para profesional. Alhasil, Madani IFF 2023 akan menyajikan 75 film dari 26 negara, dan 16 pembicara diskusi dari dalam dan luar negeri,” imbuh Sugar.
Disampaikan Sugar, Pembukaan dan Penutupan Madani IFF 2023 akan diselenggarakan di Epicentrum XXI.
“Adapun film yang kami lantik sebagai film pembuka adalah R-21 Aka Restoring Solidarity (Palestina, 2022), sebuah film dokumenter yang dibuat melalui arsip dokumentasi Tokyo tentang perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai perdamaian. Mohanad Yaqubi, sutradara film ini, akan hadir di Madani IFF. Madani IFF akan ditutup oleh film science-fiction yang disutradarai oleh perempuan sutradara muda Sofia Alaoui, berjudul Animalia (Maroko, 2023). Selain itu, juri program short film competition yang terdiri atas Yo Nonaka (Jepang), Patrick Campos (Fililipina), dan Rahabii Mandra (Indonesia) akan menganugerahkan award kepada 3 film terbaik.” papar Sugar.
Menurut Sugar, Madani IFF tahun ini juga dihadirkan dalam konsep Madani Misbar, yaitu bioskop luar ruang yang bertujuan untuk mendekatkan film-film berkualitas kepada penonton lebih luas dalam suasana yang lebih santai. Madani IFF 2023 akan memutar film-film yang terangkum dalam program-program, antara lain, Focus Country: Palestine, Puan Madani, Tenggara, In This World, Madani Classics, Madani Kids, serta puluhan film pendek dari berbagai negara seperti Mesir, Inggris, Iran, Kazakhstan, Lebanon, Nigeria, Pakistan, Polandia, dan Turki.
Tahun ini, Madani IFF juga secara khusus menggelar program Retrospeksi: 50 Tahun Berkarya Christine Hakim: Jiwa Peran Film Indonesia. Program ini akan menyelami 50 tahun seni peran aktris dan produser yang kini berusia 66 tahun tersebut dan menemukan jiwa perfilman Indonesia dari dekade 1970-an hingga kini. Selain diskusi yang akan digelar Rabu 11 Oktober 2023 di Madani Misbar, Halaman Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Retrospeksi Christine Hakim juga akan menampilkan tiga rangkaian film yang telah diseleksi khusus untuk Madani IFF 2023 yakni Di Balik Kelambu, Daun Di Atas Bantal, dan Tjoet Nja Dhien.
Tidak hanya itu, menurut Sugar, Road To Madani IFF 2023 bekerjasama dengan komunitas-komunitas sinema di Aceh, Tubaba-Lampung, Riau-Pekan Baru, serta kampus dan komunitas di Jakarta yang turut serta menayangkan dan memperbincangkan film Madani sejak Februari-Agustus 2023. Program Madani IFF 2023 juga dilengkapi oleh dukungan mitra program East Cinema, Relaksasi Beragama, Rangkai.id dan juga Binus University.
Menyoroti program utama Focus Country: Palestine, produser film dan Board Madani IFF Putut Widjanarko memberikan gambaran lebih dalam mengenai film R-21 Aka Restoring Solidarity.
“Suatu hari, sutradara Mohanad Yaqubi di Tokyo dalam rangkaian perjalanannya keliling dunia memutarkan filmnya tentang Palestina. Tak disangka, seorang perempuan menyerahkan arsip video yang tak pernah diketahui sebelumnya, berisi dukungan sebagian masyarakat Jepang pada perjuangan rakyat Palestina,” demikian dipaparkan Putut.
Diambil dari arsip itu, lanjut Putut, film R-21 Aka Restoring Solidarity menggambarkan solidaritas dan empati antar-benua pada Palestina. Film ini menyentuh banyak topik: dari wawancara dengan pimpinan PLO, kehidupan di kamp pengungsian, dan kisah-kisah personal.
Sementara itu, Garin Nugroho, sutradara film dan Board Madani IFF dalam pemaparannya menjelaskan bahwa sinema dapat dimanfaatkan juga sebagai media civic education atau pendidikan kewargaan.
“Saat ini, karya-karya ataupun medium untuk civic education semakin langka. Termasuk juga dalam sinema. Umumnya yang ada adalah analisa, komentar dan, kampanye. Padahal, kita bisa memanfaatkan film sebagai sarana pendidikan politik dan pendidikan kewargaan,” jelas Garin.
Belum lama ini, Garin Nugroho merilis film baru berjudul Kejarlah Janji untuk menyebarkan pesan kepada masyarakat, khususnya generasi muda agar semakin sadar politik dan tidak golput pada Pemilihan Umum mendatang.
Dalam Madani IFF, civic education itu terkandung dalam keberagaman kisah dan cerita, cara penyampaian, dan latar belakang masing-masing film yang disajikan. Melalui keberagaman yang tersaji tersebut, imbuh Garin, diharapkan kita mampu
mengedepankan toleransi, mempererat buhul-buhul pengikat jiwa-jiwa kita sebagai sesama manusia.
Madani IFF tahun ini juga merespon tema civic education dan merangkum hal-hal yang penting untuk dibicarakan dalam program Madani Talks. Di antaranya, bekerja sama dengan gerakan Relax, It’s Just Religion dengan talks berjudul “Politik Itu Biasa Saja, Prasangkanya yang Hebat-Hebat”, juga mengangkat tema perempuan dan keadilan gender, serta memperbincangkan mengenai sinema di Asia Tenggara dan bagaimana perspektif komunitas muslim melalui film-film yang ditayangkan. Kerjasama dengan Universitas Binus akan membincangkan “Kerasukan dan Ruqyah di Layar Lebar.”
“Saat konferensi pers ini digelar, kami juga mengumumkan kabar gembira kehadiran Brillante Mendoza seorang maestro film Philippine New Wave yang telah meraih berbagai penghargaan internasional—untuk menyapa penonton Indonesia setelah pemutaran salah satu filmnya Mindanao. Selain Mendoza, juga akan hadir lebih dari 30 filmmaker dari Pakistan, Irak, Iran, selain tentu saja filmmaker kebanggaan dari dalam negeri” demikian pesan Inaya Wahid, Board Madani IFF yang disampaikan melalui pesan singkat.
[ad_2]
Sumber Berita islami.co
#Cara #Madani #Film #Festival #Mengencangkan #Buhul #Pengikat #KeberagamanLewat #Film