Meninggalnya seorang yang shaleh di bulan yang mulia ini, adalah tambahan kabar gembira untuknya dan untuk keluarga yang dia tinggal. Foto ilustrasi/ist
Ketika ada seseorang yang
meninggal dunia di bulan Ramadan , sering kali disebut wafat dengan keadaan husnul khatimah dan pasti masuk surga. Benarkah demikian? Bagaimana syariat Islam memandangnya?
Bulan Ramadan adalah waktu yang mulia, penuh dengan keistimewaan dan barokah. Sehingga seorang yang meninggal di waktu mulia seperti ini, pertanda baik insyaAllah dan penyebab tambahan rahmat untuknya jika kesehariannya dia sebagai orang yang bertakwa dan beramal shaleh.
Menurut Ustadz Ahmad Anshori, Alumni Universitas Islam Madinah yang juga pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta, bisa dikatakan, meninggalnya seorang yang shaleh di bulan yang mulia ini, adalah tambahan kabar gembira untuknya dan untuk keluarga yang dia tinggal.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menerangkan tentang Husnul Khotimah.
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan mempekerjakannya. Apa yang dimaksud Allah mempekerjakannya ya Rasulullah?tanya para sahabat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Dia dimudahkan untuk beramal shalih sebelum meninggalnya.” (HR. Ahmad).
Lebih-lebih jika ini terjadi di bulan paling mulia seperti Ramadan. Karena amal shaleh seperti, puasa, sedekah, sholat, kesabaran, tawakal, keikhlasan, keridhoan dengan takdir Allah, akan semakin besar kelipatan pahalanya saat dikerjakan di waktu – waktu yang mulia. “Maka orang sholih yang meninggal di bulan suci Ramadan, insyaallah itu pertanda baik, pertanda Husnul Khotimah insyaallah,”ungkap Ustadz Ahmad Anshori.
Apakah Langsung Masuk Surga?
Namun demikian, yang meninggal di bulan Ramadan, tidak semuanya orang baik. Ada juga orang jahat yang meninggal di bulan berkah ini. Meskipun demikian, kita tidak menyebut, dia meninggal dengan baik. Beda antara meninggal di bulan ramadhan dengan meninggal ketika sedang puasa. Karena meninggal dalam kondisi sedang beramal shaleh, termasuk husnul khotimah. Termasuk meninggal ketika sedang menjalankan ibadah puasa.
Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang orang yang meninggal dalam kondisi beramal,
“Siapa yang menyatakan Laa ilaaha illallah ikhlas mengharap wajah Allah, dan dia akhiri hidupnya dengan ikrar ini, maka dia masuk surga. Siapa yang berpuasa dengan ikhlas mengharap wajah Allah, dan dia akhiri hidupnya dengan puasa ini, maka dia masuk surga.Siapa yang sedekah dengan ikhlas mengharap wajah Allah, dan dia akhiri hidupnya dengan sedekah ini, maka dia masuk surga.” (HR. Ahmad)
Benarkah tanpa hisab? Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda :
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
“Jika bulan Ramadan tiba, dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu Neraka.”
Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam kitab ‘Fatawaa ash-Shiyam’ menjelaskan hadis tersebut artinya adalah bahwa pintu-pintu Surga dibuka sebagai penyemangat untuk orang-orang yang beramal agar mudah bagi mereka memasukinya. Dan ditutup pintu-pintu Neraka agar orang-orang yang beriman meninggalkan maksiat sehingga mereka tidak memasuki pintu ini.
Bukanlah artinya bahwa orang yang meninggal di bulan Ramadan akan masuk Surga tanpa hisab, karena orang yang masuk Surga tanpa hisab adalah orang-orang yang disifati Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam– dalam sabdanya,
هُمُ الَّذِيْنَ لَا يَسْتَرْقُوْنَ وَلَا يَكْتَوُوْنَ وَلَا يَتَطَيَّرُوْنَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
Mereka adalah orang yang tidak minta dirukyah, tidak berobat dengan kay,tidak bertathayyur, dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.Disamping mereka juga melaksanakan kewajiban mereka berupa amal shaleh. (al Utsaimin, Fatawaa ash-Shiyam)
Wallahu A’lam
(wid)