Pelit, kikir atau bakhil merupakan sifat tercela yang sangat dibenci Allah SWT bahkan sifat ini bisa membinasakan pelakunya. Foto ilustrasi/ist
Sifat pelit atau kikir (bakhil) ternyata menimbulkan bahaya besar bagi pelakunya. Sebagai sifat tercela yang dibenci Allah dan Rasul-Nya, sifat ini bisa mendorong pelakunya untuk selalu menumpuk harta tanpa berniat sekalipun untuk berinfak dan sedekah.
Sifat pelit atau kikir diyakini sebagai sebuah penyakit, yakni penyakit itu terlalu cinta dunia . Orang yang terkena penyakit ini, tidak akan mengorbankan hartanya untuk membantu dan menyenangkan orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri. Faktanya banyak dari orang-orang yang kikir atau pelit ini, akan berbelit-belit saat diminta untuk bersedekah. Padahal setiap sedekah yang dilakukan seseorang, akan didoakan oleh para malaikat. Begitu juga sebaliknya, malaikat pun akan mendoakan mereka yang kikir atau pelit tersebut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,ia berkata, RasulullahShallallahu ‘alaihi wa salambersabda:
“Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tafsir hadis di atas menurut Al-Malla ‘Ali al-Qari adalah kikir dalam memberikan kebaikan atau harta bagi saudaranya yang muslim. Dalam tafsir yang lainnya, harta orang yang kikir atau pelit akan hancur dengan sendirinya. Atau bisa juga pemiliknya yang akan hancur dengan hartanya, atau kebaikannya akan hilang. Betapa mengerikannya bukan!
Bahaya Besar karena Sifat Kikir
Ada bahaya besar yang akan timbul bila sifat kikir atau pelit ini menguasai kehidupan seseorang dan masyarakat. Dari Abdullah bin Amrradhiyallahu’anhu, ia berkata :
“Jauhkanlah diri kalian dari sifat kikir, karena sesungguhnya kikir itu talah menghancurkan umat-umat sebelum kalian. Kikir mendorong mereka berbuat zalim , lalu zalimlah mereka. Mendorong mereka memutuskan silaturrahim, lalu mereka pun memutuskannya. Mendorong mereka untuk berbuat jahat, lalu berbuat jahatlah mereka. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya satu kezaliman membawa banyak kegelapan di hari kiamat. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan buruk, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai perbuatan buruk dan tindakan yang buruk.” (HR Ahmad)
Karena itu, dari sifat kikir akan timbul bahaya yakni :
1. Terjadinya kezaliman
Contoh dari hasil perbuatan kikir ini adalah seperti mencuri hak orang lain, korupsi bahkan sampai membunuh. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu saat Abu Hayyaj Al-Asadi thawaf di Baitullah. Kemudian dia melihat seseorang berdoa, “Allahumma qini syuhha nafsi (Ya Allah, jagalah diriku dari sifat kikir)”.
Orang itu tidak menambah dari itu. Lantas Abu Hayyaj bertanya kenapa hanya berdoa demikian. Orang itu menjawab, “Sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran, maka aku tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya.”
2. Terputusnya tali silaturrahmi
Sifat kikir ini menyebabkan pelakunya tidak lagi peduli dengan orang lain, dia tidak peduli dengan saudaranya, kerabatnya bahkan tetangganya hal inilah yang menyebabkan timbulnya kebencian, iri hati dan dengki sehingga orang kikir ini banyak yang membencinya.
3. Melahirkan kejahatan
Salah satu pangkal kejahatan adalah sifat kikir. Seseorang yang dikuasai sifat kikir sudah tidak mau mengikuti perintah tentang anjuran untuk berbagi antar sesama. Ia juga tidak akan percaya jaminan Allah terkait rezeki. Ia hanya percaya pada harta benda yang dimilikinya. Jika harta yang dimiliki tidak dibagi dengan orang lain, maka ia yakin akan menjadi kaya.
Karena itu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda; “Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.” (HR. Ahmad).
Berdasarkan hadis ini, sifat kikir dan iman kepada Allah tidak akan pernah menyatu dalam diri seseorang. Jika ia memiliki sifat kikir, maka ia tidak beriman. Sebaliknya, jika ia beriman, maka ia tidak memiliki sifat kikir.
Wallahu A’lam
(wid)