Tradisi keagamaan yang berkembang di dunia Islam yang beragam merupakan bagian dari ajaran Islam Mutaghayyirat yaitu ajaran yang terus berubah karena dipengaruhi pertimbangan kondisi, adat istiadat, ruang dan waktu.
Bulan Ramadan bukan hanya sebagai bulan yang semarak dalam berebut amal ibadah, namun juga semarak akan tradisi. Masyarakat Indonesia di setiap daerah memiliki cara unik tersendiri dalam membangunkan sahur, sebagaimana tradisi yang masih berkembang di Desa Plipir Kabupaten Sidoarjo.
Musik patrol merupakan salah satu dari tradisi yang dilakukan masyarakat Plipir di Bulan Ramadan. Musik Patrol adalah musik tradisional yang banyak diminati masyarakat tradisional karena keunikan simbolisasi permainan dan lantunan musiknya (Julista, 2017, 18(3): 168).
Patrol digunakan oleh anak-anak muda Desa Plipir untuk membangunkan sahur dalam menyemarakkan bulan Ramadan. Pelaksanaannya dilakukan dengan berkeliling desa yang dimulai pada pukul setengah tiga. Namun pemain patrol hanya melewati jalan depan gang, tidak masuk ke dalam gang kecil sehingga sebagian warga tidak dapat menikmati musik patrol. Adapun music yang dimainkan memiliki pola yang sama di setiap sahur sehingga menjadi ciri khas music pembangun sahur.
Tak kalah menariknya, masjid Mubarok yang terletak di Desa Plipir selalu dipenuhi oleh anak-anak kecil pada saat menjelang berbuka sampai tarawih. Bukan tanpa alasan, mereka biasanya berebut tandatangan imam sholat tarawih setelah pelaksanaan sholat tarawih. Hal itu dilakukan sebagai laporan sekolah terhadap rutinitas yang dilakukan anak-anak di Bulan Ramadan.
Selain itu, masyarakat Desa Plipir mempunyai cara sendiri yang rutin dilakukan setelah melakukan shalat tarawih. Setelah pelaksanaan sholat tarawih, masjid diramaikan oleh permainan bedug. Permainan ini dilakukan hanya sekitar 5-10 menit. Banyak dari jama’ah sholat tarawih dan anak-anak menyaksikannya dengan penuh kegembiraan.
Sebagian tradisi Ramadan yang berkembang di tengah masyarakat muslim memang ada sejalan atau tidak sejalan dengan syari’at Islam. Namun terlepas dari semua itu, tradisi tersebut hakikatnya mencerminkan bahwa masyarakat muslim Indonesia memang sungguh-sungguh dalam menyambut Ramadan. Dan pada dasarnya nilai yang terkandung dalam tradisi adalah bersyukur, silaturrahim, berbagi dan berburu kebaikan.