Jakarta, NU Online
Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan sebanyak 99 persen pesantren yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama sudah menerima vaksinasi. Data tersebut ia paparkan saat mengisi diskusi ‘Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Pondok Pesantren dan Sekolah Nahdlatul Ulama’, Kamis (29/9/2021).
Menurutnya, capaian tersebut menunjukkan progres yang luar biasa lantaran per Juli 2020, sebesar 50 persen pesantren masih menolak program vaksinasi. Hal ini disebabkan kurangnya komunikasi dan sosialisasi, serta persebaran hoaks di lingkungan pesantren yang tak terbendung. Sehingga, informasi terkait vaksinasi tidak diterima secara utuh. Kemudian pada November 2020, dengan menggandeng beberapa pihak terkait, RMI PBNU melakukan sosialisasi terkait kehalalan dan keamanan vaksin.
“Di antara 99 persen itu, 85 persen sangat berharap program vaksinasi untuk pesantren. Sisanya, tidak menolak vaksin, tapi bersikap wait and see. Kalau datang diterima, kalau tidak, ya tidak akan dikejar-kejar,” terang Gus Rozin.
Vaksinasi yang terlaksana merupakan bentuk ikhtiar bersama dalam menjaga diri dan menyambut normal baru. Saat ini 99 persen pesantren sudah aktif melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Sebuah sistem pembelajaran yang sangat melekat di dunia pesantren.
“Pandemi ini banyak mengganggu kepada proses pendidikan di pesantren, mengingat tradisi pesantren itu tradisi tatap muka. Mulai dari bangun sampai tidur lagi itu kegiatannya komunal,” ujarnya.
Gus Rozin juga mengatakan upaya vaksinasi tersebut diharapkan dapat membantu proses pemulihan keadaan. Pasalnya, pesantren adalah salah satu elemen yang menghadapai pandemi dengan cukup berat.
“Terakhir data kami, kami di kalangan pesantren sudah kehilangan atau ditinggalkan lebih dari 800 kiai dan bu nyai sejak 16 bulan yang lalu. Tentu ini kehilangan yang sangat besar. Tidak bisa digantikan dengan hal-hal yang sifatnya materil,” ujar Gus Rozin.
Data vaksinasi pesantren di Pulau Jawa
Gus Rozin memaparkan data terkait vaksinasi pesantren yang berafiliasi dengan NU di pulau Jawa. Untuk vaksinasi dosis satu, lebih dari 80 persen pesantren dengan jumlah santri lebih dari 500 orang sudah tervaksin. Sedangkan pesantren dengan jumlah santri kurang dari 500 orang, angka vaksinasinya masih kurang dari 50 persen. Rentang usia penerima vaksin 12-18 tahun dan 18 tahun ke atas. Dari 80 persen pesantren yang sudah divaksin, baru sekitar 20 persen yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis kedua.
Kemudian, lebih dari 40 persen santri usia 12-18 tahun belum menerima vaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa vaksinasi masih diprioritaskan untuk santri usia di atas 18 tahun. Rincian total santri yang sudah divaksin minimal dosis satu ada di kisaran 150,000 santri dan 80,000 dari 150,000 santri tersebut dikaver dari program vaksinasi Jaga Kiai.
Gus Rozin berharap, vaksinasi untuk santri 12-18 tahun bisa menyentuh angka 100 persen sebagaimana diupayakan dalam menyambut normal baru di pesantren. Selain itu, ia juga mengajak semua pesantren untuk meningkatkan standar sanitasi dan nutrisi bagi santri.
“Ini adalah harapan yang kita ke depankan bahwa pesantren ternyata mampu mengatasi pandemi ini terlepas dari banyaknya kiai yang wafat dan banyaknya asatidz yang wafat. Saya kira, secara keseluruhan pesantren bisa beradaptasi dengan hal-hal yang baru,” ujarnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan